PURWOKERTO, KOMPAS – Bank BRI bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Banyumas menerapkan transaksi non-tunai bagi para pengunjung untuk masuk ke Lokawisata Baturraden. Melalui program “Baturraden Cashless Society” diharapkan masyarakat terbiasa bertransaksi non-tunai karena dinilai lebih efisien, praktis, dan aman.
“Program pembayaran secara non-tunai ini tidak saja merupakan suatu bentuk efisiensi, tetapi juga salah satu bentuk di mana masyarakat tidak perlu lagi ke mana-mana membawa uang tunai. Dari sisi keamanan pun masyarakat lebih terjamin,” kata Pemimpin BRI Wilayah Yogyakarta Hendro Padmono, Minggu (4/11/2018) di Baturraden.
Hendro mengatakan, bagi pengguna jasa atau penyedia jasa pengguna transaksi non-tunai ini juga akan lebih efisien. “Tidak perlu membawa uang tunai ke bank untuk setor. Tidak perlu menyiapkan uang tunai untuk kembalian dan lain sebagainya, bahkan sampai koma-komanya pun bisa dilakukan transaksi secara transparan,” paparnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Agus Chusaini menyampaikan, pesatnya kemajuan teknologi saat ini memberi dampak pada kondisi sistem pembayaran di Indonesia khususnya sistem pembayaran non-tunai.
Sistem pembayaran non-tunai di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat yang dibuktikan dengan pengguna alat pembayaran menggunakan kartu atau APMK yang terus mengalami peningkatan. “Dari data yang kami peroleh, volume rata-rata transaksi APMK ini mencapai 16,2 juta transaksi secara nasional dengan nilai nominal rata-rata Rp 17,5 triliun per hari,” papar Agus.
Agus juga mengatakan, di Indonesia terdapat 176 juta kartu yang telah beredar. “Kalau melihat jumlah penduduk kita, mungkin hanya balita dan lansia yang tidak punya kartu. Yang lain pasti punya kartu di dompetnya,” ujarnya.
Menurut Agus, selain praktis dan aman, manfaat transaksi non-tunai juga dapat terhindar dari uang palsu. Transaksi ini pun tercatat lebih lengkap sehingga perencanaan ekonomi dan kebijakan ekonomi baik secara daerah dan nasional bisa lebih akurat. “Sekarang ini ketika transaksi dilakukan secara tunai, data itu tidak tercatat. Bisa dibayangkan di pasar-pasar kita itu lebih banyak yang tunai sehingga kita tidak tahu secara pasti berapa volume transaksi di pasar,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Agus, transaksi non-tunai juga membuat uang yang tersimpan di lembaga keuangan dapat lebih bernilai. “Lembaga keuangan tentu bisa semakin banyak menyalurkan uang baik untuk kredit maupun pembiayaan. Semoga dengan transaksi non-tunai ini dapat mendorong pembangunan baik di daerah maupun nasional,” katanya.
Ke depannya, program ini juga diharapkan dapat mewujudkan target keuangan inklusi yaitu tahun 2019 sebanyak 75 persen masyarakat Indonesia bisa menerima layanan perbankan. Terkait tantangan, lanjut Agus menyebutkan bahwa transaksi non-tunai ini memerlukan adaptasi dan penerimaan oleh masyarakat.
Bupati Banyumas Achmad Husein berharap program non-tunai ini tidak mempersulit pengunjung yang ingin berwisata di Baturraden. Selain kartu pembayaran non-tunai dari BRI, ke depannya perlu disediakan layanan kartu dari semua bank sehingga masyarakat dapat terlayani dan program ini dapat berjalan dengan baik.
Saat launching program ini, para pengunjung dikenalkan dengan kartu pembayaran non-tunai milik BRI dan dilakukan simulasi pembayaran non tunai di loket masuk lokawisata.