Cinta Masa Lalu di Kampung Mataraman Melalui Mobil Tua
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·4 menit baca
Pameran mobil tua buatan Amerika Serikat, disebut Hotrod Weekend Party-Yogyakarta, menanamkan rasa cinta terhadap peninggalan masa lalu, termasuk kendaraan roda empat. Pemilik mobil datang dari seluruh wilayah di Indonesia. Mobil tertua dipamerkan jenis Ford Sahara buatan tahun 1942, milik Ochun.
Anggota Panitia Pameran Mobil Amerika Classic Custom di Kampung Mataraman, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (3/11) mengatakan, pameran mobil –mobil tua buatan Amerika ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Pengunjung pameran rata-rata 2.000 orang selama dua hari pameran.
“Pameran selama ini berlokasi di Yogyakarta Expo Center, tetapi kali ini kami alihkan ke Kampung Mataraman, Sewon, Bantul. Ini kampung tradisional sehingga nuansanya lebih pas dengan mobil-mobil tua yang ditampilkan. Pemilihan kampung tradisional ini sesuai tema Hotrod Weekend Party tahun ini, yakni resort, tradisional, dan garden,”kata Setiawan.
Sekitar 100 peserta pameran diundang tetapi yang bersedia hadir dengan mobil clasiknya hanya 60 orang. Mereka datang dari seluruh Indonesia seperti Lampung, Medan, Padang, Bali, Jakarta, Makassar, dan Jawa Timur. Mereka tergabung dalam komunitas pencinta mobil tua, yang disebut “Hotrod Weekend Party”.
Ratusan warga Yogyakarta berbondong-bondong mendatangi areal pameran, yang mulai dibuka pada Sabtu (3/11) pukul 11.00. Para pengunjung ini berfoto di depan mobil tua, melihat, mengamati, dan bahkan beberapa diantara pengunjung tertarik membeli. Sayang, mobil-mobil tua ini tidak dijual pemilik, sekedar dipamerkan. Pameran berakhir Minggu (4/11).
Niken Sari (32) bersama dua anaknya datang ke lokasi pameran mengatakan, sengaja mengajak anak-anak datang melihat mobil-mobil kuno tersebut. Anak-anak diajari mengetahui jenis-jenis mobil buatan tahun 1940-an sampai dengan mobil keluaran terakhir, 2018.
“Ini juga bagian dari cara untuk mengajarkan anak-anak mencintai, menghargai dan merawat barang-barang tua, apalagi barang itu peninggalan orangtua atau nenek –kakek. Mencintai warisan orangtua pun perlu dimiliki anak-anak,”kata Niken.
Pemilik mobil tua menjadi peserta pameran, mereka juga memiliki minat dan hobi untuk mengumpulkan mobil-mobil tua. Sekitar 60 mobil tua dipamerkan dengan kategori jenis mobil Amerika Classic Custom.
Para penggemar mobil tua Amerika ini adalah kelompok warga kelas menengah ke atas. Mobil-mobil itu, selama ini diparkir saja di rumah, tetapi sebagian juga digunakan ke kantor, atau jalan-jalan.
Semua peserta berpartisipasi membantu keberlangsungan pameran itu. Pameran tahun ini merupakan keempat kali, diprakarasai dan disponsori Klub Mobil Classic Custom Amerika, Hotrodningrat.
Pameran ini ajang temu kangen dengan sesama penggemar mobil tua buatan Amerika, mengajak warga mencintai dan menghargai mobil-mobil tua, rekreasi, saling bertukar informasi tentang mobil tua, dan saling membantu dalam kesulitan.
Menyatukan mobil-mobil klasik Amerika di Yogyakarta, merupakan tradisi bagi pemilik dan penggemar mobil klasik Amerika di Indonesia. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lampung, Surabaya, Makassar, Jakarta, Padang, Bandung, dan Semarang.
Sebelum mobil-mobil itu dibawa ke Yogyakarta, dipercantik terlebih dahulu oleh pemilik termasuk mendadani badan mobil dengan menggantikan warna cat, hiasan, tulisan, dan lainnya, dan memperbaiki mesin mobil yang diduga bermasalah. Pemelihan tempat di Yogyakarta merupakan kesepakatan bersama karena Yogyakarta dianggap kota pariwisata dan salah satu pusat barang-barang antik.
Beberapa acara pendukung dalam pameran ini, yakni Pinstriping Exhibition, Die Cast Exhibition, Low rider contest, dan Dunk Tank. Selama pameran, para peserta dihibur dengan band-band ternama di Yogyakarta dan kota-kota lain dengan aliran musik Rockabilly, Punk, Slow Rock, Reggeae. Band yang ditampilkan dalam pameran, yakni Kiki & The Klan, Tango Tequila, Tiger Paw, Donald Duck, Spirit, KMZERONINE.
Ochun (55) peserta pameran mengatakan, menghadirkan mobil type Ford Sahara, buatan tahun 1942. Mobil tersebut selama ini dipakai untuk jalan-jalan dan terkadang ke kantor.
“Mobil buatan Amerika ini benar-benar antik, dan berkwalitas. Jarang rewel, padahal sudah berusia 76 tahun. Bodi mobil dengan cat seperti aslinya. Sebagian cat bodi sudah terkelupas dan karatan tetapi saya tetap mempertahankan itu, karena sesuai dengan usia mobil,”kata Ochun.
Ia sudah empat kali mengikuti pameran itu. Pada pameran kedua, 2016, mobil itu ditawari Rp 1 miliar tetapi tidak dijual karena Ochun terlalu sayang dengan mobil jenis Ford Sahara itu. Mobil itu peninggalan ayahnya.