JAKARTA, KOMPAS — Sinyal ping dari salah satu bagian kotak hitam yang disebut perekam suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR) terdengar lemah pada Sabtu (3/11/2018). Tim SAR gabungan yang berada di Kapal Riset Baruna Jaya 1 mengusulkan agar area operasi pencarian diperluas.
Hingga Sabtu siang, tim gabungan yang terdiri dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi, National Transportation Safety Board, Transport Safety Investigation Bureau, dan tim dari Boeing melakukan pencarian CVR dengan pinger locator.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam siaran persnya mengatakan, CVR sudah tidak lagi mengirim sinyal.
”Tim sudah kembali dan hasilnya nihil. Sebab, CVR sudah tidak lagi mengirim sinyal atau ping ke alat pinger locator,” ujar Hammam, Sabtu.
Tim berasumsi, kemungkinan CVR dan beacon-nya masuk ke dalam lumpur dan tertutup reruntuhan pesawat yang lebar. ”Hal itu menyebabkan CVR tidak dapat mengirim secara vertikal sebagaimana FDR (flight data recorder/perekam data penerbangan) kemarin,” lanjut Hammam.
Hasil video penyelam akan dievaluasi untuk seleksi serpihan yang harus menjadi perhatian penyelam. Melalui seleksi itu, tim bisa memutuskan untuk mengangkat serpihan ke permukaan atau menyingkirkan dari lokasi. Dengan begitu beacon dapat merilis gelombang akustik ke pinger locator dan transmitter responder (transponder).
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Muhammad Ilyas dari atas Kapal Riset Baruna Jaya 1 mengungkapkan, jika peralatan transponder tidak lagi menerima respons dari beacon CVR, pencarian akan dilakukan di area lain.
”Jika ultra-short baseline transponder di Kapal Riset Baruna Jaya I tidak dapat sinyal, kami sarankan untuk melakukan pencarian di luar area prioritas saat ini,” ujar Ilyas. (KRISTI DWI UTAMI)