JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah yakin mampu menghimpun dana hingga Rp 1 triliun dari penerbitan Surat Berharga Negara Syariah ritel berbasis tabungan seri ST-002. Penerbitan sukuk ini juga bertujuan untuk menggenjot keuangan syariah Indonesia.
Secara resmi, pemerintah membuka masa penawaran bagi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel berbasis tabungan, yakni Sukuk Tabungan seri ST-002, dengan kupon sebesar 8,3 persen, di Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Pembukaan dilakukan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Direktur Jenderal Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan Luki Alfirman, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Sri Mulyani menilai, ruang penetrasi instrumen syariah di pasar keuangan masih luas. Untuk itu, stigma negatif bahwa investasi ini bersifat haram masih jadi tantangan pemasaran surat utang berbentuk syariah ini.
”Minat instrumen syariah itu tinggi, syaratnya inklusi keuangan perlu ditingkatkan agar SBSN bisa berkembang. Saya yakin hasilnya dalam 22 hari ini (penjualan ST-022) bisa mencapai target Rp 1 triliun,” ujarnya.
ST-002 dipasarkan kepada investor ritel secara daring atau e-SBN dengan tenor mencapai 2 tahun atau jatuh tempo pada 10 November 2020. Masa penawaran Sukuk Tabungan ini akan berlansung hingga Kamis (22/11) pukul 10.00 WIB.
Optimisme Sri Mulyani akan tingginya minat investor terhadap instrumen investasi berbasis syariah tersebut disebabkan ST-002 menawarakan kupon dengan premium spread 255 bps di atas tingkat suku bunga acuan BI.
Dengan besaran suku bunga acuan BI 7 DRRR yang saat ini berada di level 5,75 persen, besaran kupon ST-002 saat ini mencapai 8,30 persen. Angka kupon ini tertinggi di antara instrumen SBN ritel lain yang diterbitkan pemerintah sepanjang tahun 2018, seperti SBR-003 dengan kupon 6,80 persen, SBR-004 (8,05 persen), dan ORI-015 (8,25 persen).
Daya tarik
Sri Mulyani memaparkan akumulasi penerbitan SBSN hingga Oktober 2018 telah mencapai lebih dari Rp 950 triliun. Dana ini digunakan untuk mendanai lebih dari 1.500 proyek pembangunan di 30 provinsi, di antaranya pendirian asrama haji di 24 lokasi, pembangunan 328 bendungan, dan gedung perkuliahan di 54 kampus.
Senior VP and Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan, nilai kupon yang mencapai 8,30 persen membuat ST-002 punya daya tarik bagi investor ritel. Di samping itu, tenor yang hanya dua tahun masih lebih pendek dibandingkan rata-rata SBN yang bertenor tiga tahun.
”Lewat fitur-fitur yang ada, ST-002 bisa menyaingi atau bahkan melebihi instrumen obligasi ritel lain yang telah terbit tahun ini,” ujarnya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset di pasar modal syariah hingga Agustus masih didominasi saham syariah yang sebesar Rp 3.432 triliun. Selanjutnya, sukuk negara Rp 627 triliun, reksa dana syariah Rp 32 triliun, dan sukuk korporasi Rp 17 triliun.
Koneksi wakaf
Luki Alfirman mengatakan, setiap sukuk negara memungkinkan untuk menjadi instrumen pengelolaan dana wakaf tunai. Kepastian ini didapat usai penandatanganan nota kesepemahaman ”Waqf Linked Sukuk” antara Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, dan Badan Wakaf Indonesia.
”Dengan mekanisme penempatan wakaf pada instrumen sukuk pemerintah, risiko kehilangan pokok wakaf akan menjadi nol,” ujar Luki.
Badan Wakaf Indonesia selaku pengelola dana wakaf melakukan investasi dana wakaf pada sukuk negara. Imbal hasil sukuk negara akan disalurkan melalui Mitra Nazhir Penyaluran.
”Dana ini nantinya digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial serta pembiayaan pembangunan proyek sarana dan prasarana sosial yang akan menjadi aset wakaf,” kata Luki.