JAKARTA, KOMPAS — Pemakaian bahan bakar minyak untuk perahu nelayan terus dikurangi dan digantikan dengan bahan bakar gas. Selain lebih hemat, pemakaian elpiji pada mesin perahu nelayan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak.
Sebanyak 25.000 paket konverter kit bagi nelayan dianggarkan pemerintah tahun ini. Sampai triwulan III-2018, realisasi penyalurannya telah mencapai 6.075 paket yang didistribusikan ke 16 kabupaten dan kota.
Pemanfaatan elpiji oleh nelayan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liqiuefied Petroleum Gas untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil. Kriterianya adalah nelayan yang memiliki kapal ukuran di bawah 5 gross tonnage (GT), berbahan bakar bensin atau solar, dan memiliki daya mesin di bawah 13 tenaga kuda (HP). Paket konverter itu terdiri dari mesin perahu, tabung elpiji 3 kilogram, serta regulator.
"Selain lebih ramah lingkungan, pemakaian elpiji pada mesin perahu nelayan juga untuk mengurangi ketergantungan pada BBM. Memakai elpiji juga lebih hemat sekitar Rp 30.000 sampai Rp 50.000 setiap hari dibanding memakai BBM," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi, Rabu (31/10/2018), di Jakarta.
Agung menambahkan, dari Rp 6,5 triliun anggaran di Kementerian ESDM, 65 persen dibelanjakan untuk pembiayaan infrastruktur, termasuk paket konversi BBM ke gas. Infrastruktur lainnya berupa jaringan pipa gas rumah tangga, lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE), dan pembangunan sumur bor untuk penyediaan air bersih.
Pada Selasa (30/10/2018), PT Pertamina (Persero) bersama Kementerian ESDM membagikan 1.261 paket konverter kit ke nelayan yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Tahun ini, Sulsel mendapat alokasi konverter kit 5.314 paket. Sejauh ini, alokasi yang sudah disalurkan 4.161 paket.
General Manager Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) VII Sulawesi, Tengku Fernanda, dalam keterangan resmi, mengatakan, pihaknya siap melancarkan program konversi BBM ke elpiji bagi nelayan dengan memastikan kecukupan pasokan elpiji 3 kilogram. Di Kepulauan Selayar, terdapat dua agen dan delapan pangkalan elpiji yang menyediakan ukuran 3 kilogram. "Di Kepulauan Selayar, kebutuhan elpiji 3 kilogram rata-rata 10.000 tabung per bulan," ujar Tengku.
Konversi BBM ke elpiji untuk nelayan merupakan bagian usaha pemerintah mengurangi ketergantungan pemakaian BBM. Tingginya impor minyak mentah dan BBM sebagai dampak meningkatnya konsumsi di dalam negeri menyebabkan Indonesia mengalami defisit perdagangan migas. Sejak 2004, Indonesia tercatat sebagai negara net importir minyak lantaran produksi di dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan BBM nasional yang mencapai 1,4 juta barrel per hari.
Lampu tenaga surya
Sementara itu, untuk pembagian LTSHE, realisasi sampai 23 Oktober 2018 sebanyak 59.167 paket yang sudah terpasang. Paket LTSHE terdiri dari empat unit lampu LED bohlam, satu panel tenaga surya berkapasitas 20 watt peak, serta baterai penyimpan daya. LTSHE dapat menyala selama 6 sampai 12 jam.
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana, ada sejumlah kendala pada program pembagian LTSHE. Di antaranya adalah sekelompok warga yang masih berpindah-pindah tempat sehingga menyulitkan pendataan dan pembagian paket. Selain itu, pemasangan paket LTSHE harus seizin dan sepengetahuan kepala suku setempat.
"Kasus itu banyak terjadi di wilayah Papua. Paket LTSHE sudah terkirim dan tiba di lokasi, tetapi harus memerlukan izin dari kepala suku untuk pemasangan," ucap Rida.