Gaya Hidup Kurang Sehat, Korban Penyakit Tidak Menular Meningkat
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meningkatnya korban akibat penyakit tidak menular menunjukkan gaya hidup masyarakat yang cenderung kurang sehat. Pada 2016, enam dari sepuluh penyebab utama kematian dini atau hilangnya tahun hidup karena ketidakmampuan beraktivitas (disability adjusted life years) merupakan penyakit tidak menular.
Angka itu meningkat dibanding 1990, ketika penyakit menular hanya mencakup tiga dari sepuluh penyebab utama disability adjusted life years (DALYs). Pada 2016, penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan adalah penyakit jantung iskemik yang menduduki peringkat pertama penyebab DALYs dan serebrovaskular yang menduduki peringkat kedua.
Paparan itu terungkap dalam artikel ”On the road to universal health care in Indonesia, 1990-2016: a systematic analysis for the global burden of disease study 2016” oleh Nafsiah Mboi dan rekannya, yang dipublikasikan melalui jurnal The Lancet pada Agustus 2018.
”Tantangan kita sekarang adalah menangani penyakit tidak menular. Kita makannya masih enggak karuan,” ucap Nafsiah, anggota Dewan Institute for Health Metrics and Evaluation, yang juga mantan Menteri Kesehatan, di sela-sela konferensi tahunan Indonesia National Health Conference (InaHEA) 2018 di Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Pada 2016, faktor risiko utama penyebab penyakit adalah tekanan darah sistolik, pola makan (dietary risks), kadar gula darah tinggi (high fasting plasma glucose), serta rokok.
”Kita, kan, sudah tahu risiko merokok yang menyebabkan kanker, penyakit jantung, dan lainnya. Tetapi, (masyarakat) enak-enak saja merokok. Dari kecil, ada yang sudah merokok. Ini bukan hanya soal kesadaran, tetapi tidak ada yang berani menindakkan,” lanjut Nafsiah.
Penyakit menular
Sementara itu, DALYs yang diakibatkan oleh penyakit menular menurun. Pada 1990, enam penyebab utama DALYs adalah penyakit menurun. Kemudian, pada 2016, angka tersebut menurun menjadi tiga. Hal itu berkontribusi pada meningkatnya harapan hidup masyarakat Indonesia.
Pada 2016, harapan hidup mencapai 71,7 tahun atau meningkat delapan tahun dibanding 1990. Meskipun demikian, sejumlah penyakit menular, seperti tuberkulosis dan HIV/AIDS, tetap menjadi salah satu penyebab utama DALYs.
”Selama 27 tahun terakhir, indikator kesehatan di Indonesia mengalami perbaikan. Namun, perbaikan tersebut tidak merata di semua indikator. Prevalensi penyakit menular masih tinggi dan pada saat yang sama, penyakit tidak menular seperti kardiovaskular dan kanker juga sedang meningkat,” tutur Nafsiah dari Indonesian Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Fasilitas kesehatan
Penanganan penyakit perlu diatasi melalui tindakan preventif, seperti perbaikan gaya hidup, juga perbaikan sistem atau fasilitas kesehatan. Aryanthi Baramuli dari Cancer Information and Support Center mengatakan, kanker ditanggung oleh BPJS, tetapi akses dan kualitas pelayanan di seluruh Indonesia belum setara.
Ia mencontohkan, seorang pasien kanker payudara dari Gorontalo, misalnya, harus pergi jauh ke Manado untuk bisa mengambil obat. Biaya transportasi dan obat harus dibayar sendiri oleh pasien itu.
Menurut catatan Kompas, peningkatan jumlah kasus kanker dapat dilihat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2014, terdapat 710.216 kasus kanker. Pada September 2017, jumlah kasus meningkat hingga 1,3 juta pasien. Melonjaknya pasien kanker di era JKN-KIS menyebabkan pasien yang akan operasi, kemoterapi, dan radioterapi menumpuk di rumah sakit rujukan.