Len Industri, Pindad, Dahana, dan Bio Farma mengekspor produknya. BUMN diharapkan berinovasi untuk memacu nilai tambah produk, menyubstitusi produk impor, dan menggarap pasar komersial.
BANDUNG, KOMPAS — Badan usaha milik negara diharapkan terus berinovasi untuk mewujudkan hilirisasi hingga meningkatkan ekspor. BUMN industri strategis pun diharapkan tidak hanya fokus memproduksi alat pertahanan, tetapi juga produk pasar komersial.
Menteri BUMN Rini M Soemarno menyampaikan hal itu pada peluncuran empat produk PT Len Industri (Persero) serta pelepasan ekspor produk PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), dan PT Bio Farma (Persero) di Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/10/2018). Turut hadir dalam acara itu Direktur Utama PT Len Industri Zakky Gamal Yasin, Dirut PT Pindad Abraham Mose, Dirut PT Dahana Budi Antono, Dirut Bio Farma M Rahman Roestan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
”Saya menekankan BUMN agar terus berinovasi dan meningkatkan ekspor karena sampai saat ini kita masih lebih banyak impor. Kita mempunyai potensi yang besar,” kata Rini.
PT Len Industri meluncurkan empat produk inovasi, yakni LenSOLAR, pembangkit listrik tenaga surya untuk lingkungan perumahan dan perkantoran dengan menggunakan panel surya yang dipasang di atap rumah, dan Len Rescue atau sebuah alat perespons darurat cepat (fast emergency responder) bernama LenTERA. Dua produk lain adalah Len Dynatron, sebuah sistem traksi elektrik sebagai pengendali dan penggerak kendaraan yang bertujuan menarik atau mendorong menggunakan daya listrik, serta Len S-200, radar dua dimensi untuk pengawasan wilayah udara.
Dalam acara itu, Bio Farma mengirim 1 juta vial vaksin polio (bOPV-20 dosis) ke Pakistan dan Turki, vaksin difteri tetanus pertusis (DTP) 10 dosis ke Honduras, Amerika Tengah, serta bulk (bahan setengah jadi) 50 juta dosis polio ke India.
Substitusi impor
Pindad mengekspor 7.300 butir amunisi kaliber 7.62 x 51 mm, explosives materials berupa TNT block 225 gram, 500 gram dan 130 gram sebanyak 4.030 unit ke Thailand. PT Dahana mengirim 25.000 kg bahan peledak ke Queensland, Australia.
”BUMN diharapkan dapat menyubstitusi produk impor dengan buatan sendiri atau kita bisa ekspor sebesar-besarnya. Apalagi rupiah mendapat tekanan luar biasa karena impor tumbuh lebih besar dari ekspor. Itu tidak terlepas dari ketidaksiapan industri kita memproduksi produk yang dibutuhkan pasar di Indonesia. Riset dan pengembangan serta sinergi antar-BUMN sangat penting,” ujar Rini.
Perusahaan yang memproduksi alat pertahanan di dunia, kata Rini, pada akhirnya memproduksi produk komersial karena teknologi atau riset dan pengembangan untuk alat pertahanan sangat rigid dan detail yang akhirnya bermanfaat juga untuk masyarakat luas.
Nilai ekspor dari Bio Farma, Dahana, dan Pindad itu sekitar 5,2 juta dollar AS atau setara dengan 74.000 ton batubara. Namun, produksi batubara itu hanya butuh lebih kurang 200 pekerja, sedangkan produk ekspor senilai itu butuh sekitar 3.500 pekerja. ”Dengan demikian, betapa penting hilirisasi agar BUMN memberikan nilai tambah,” kata Rini.
Sementara itu, Zakky Gamal Yasin menyatakan, peluncuran produk LenSOLAR merupakan bagian komitmen mengelola bisnis teknologi ramah lingkungan dengan inovasi energi tenaga surya. ”Pengunaan LenSOLAR dapat menghemat tagihan listrik hingga 30 persen,” ujar Zakky.
Produk Len Rescue yang diluncurkan masih berupa purwarupa. Produk ini terinspirasi ketika gempa bumi melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat. ”Len Rescue dibuat untuk menunjang daerah terpencil, terisolasi, atau yang terkena bencana. Peralatan ini dilengkapi pompa air, mobile satellite internet, lampu, dan genset tenaga surya,” kata Zakky.