JAKARTA, KOMPAS - Empat tahun terakhir Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terus meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan IPM dari 68,9 di tahun 2014, menjadi 70,81 di tahun 2017. Harapan lama sekolah di semua jenjang semakin meningkat dan kesenjangan dalam penyediaan akses pada layanan pendidikan antarwilayah juga semakin menurun.
Pemerintah pun terus berusaha mewujudkan generasi muda cerdas berkarakter dengan layanan pendidikan anak usia dini hingga menengah berkualitas. Untuk itu, layanan pendidikan berkualitas dari jenjang pendidikan dasar sembilan tahun terus ditingkatkan menuju wajib belajar 12 tahun atau setara SMA/SMK.
"Sepanjang 2015 sampai dengan 2018 bantuan pendidikan Program Indonesia Pintar atau PIP telah memperluas akses pada pendidikan dan membantu anak-anak terus mendapatkan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Total anggaran yang telah kita salurkan sebesar Rp 35,7 triliun," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, Selasa (30/10/2018).
Muhadjir dalam paparan Empat Tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, beberapa waktu lalu mengatkan, jumlah anak yang putus sekolah di jenjang pendidikan dasar berkurang signifikan, dari 60.066 di tahun 2015/2016 menjadi 32.127 di tahun 2017/2018. Rata-rata Lama Sekolah meningkat dari 7,73 tahun (2014) menjadi 8,10 tahun (2017). Angka Harapan Lama Sekolah juga meningkat dari 12,39 tahun (2014) menjadi 12,85 tahun (2017).
Sepanjang 2015 sampai dengan 2018 bantuan pendidikan Program Indonesia Pintar telah memperluas akses pada pendidikan dan membantu anak-anak terus mendapatkan pendidikan
Data pokok pendidikan mencatat peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah, sebelumnya dari 74,26 (2014) menjadi 82,84 (2017). Sementara itu, Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan menengah meningkat dari 59,35 (2014) menjadi 60,37 (2017). Tercatat sebanyak 1.407.433 peserta didik lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 1.300.521 dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Upaya pemerataan pendidikan menengah antara penduduk dari kalangan ekonomi lemah dengan kaya, serta antara penduduk di wilayah pedesaan dengan yang berada di perkotaan juga semakin menunjukkan hasil positif.
Menurut Muhadjir, sesuai arahan Presiden Jokowi, pada tahun 2018 Kemendikbud fokus pada upaya pemerataan pendidikan yang berkualitas. Penerapan sistem zonasi persekolahan yang sudah dimulai sejak 2016 ini mendorong pembenahan pendidikan nasional, bukan hanya meningkatkan akses pada layanan pendidikan, tetapi juga pada penerapan pendidikan karakter.
"Dengan penerapan sistem zonasi persekolahan, kita optimistis target wajib belajar 12 tahun dapat lebih mudah tercapai," ujar Mendikbud.
SMK terus diperkuat
Langkah pemerintah melakukan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga terus menunjukkan hasil positif. Saat ini 2.700 SMK telah menjalin kerja sama erat dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
"Pemerintah mengubah arah pengembangan SMK, dari supply driven menjadi demand driven, sesuai dengan kebutuhan industri. Industrinya kita libatkan dalam penyusunan kurikulum dan proses pembelajaran," kata Muhadjir.
Pemerintah juga telah membangun rintisan SMK yang mendukung program prioritas nasional, di antaranya 239 SMK Kemaritiman, 279 SMK Pertanian, dan 136 SMK dengan jurusan keahlian Pariwisata.
Selama dua tahun terakhir, Kemendikbud terus mendorong hadirnya technopark di SMK. Sebanyak 560 SMK telah berhasil merevitalisasi teaching factory-nya sehingga mampu menghasilkan produk-produk dengan standar industri.
"Jadi bukan cuma menghasilkan mainan atau model saja, tetapi sudah banyak SMK yang bisa menghasilkan peralatan yang sama kualitasnya dengan yang dihasilkan industri," kata Muhadjir.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengatakan selama empat tahun terakhir, peserta didik dari berbagai jenjang telah mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Sebanyak 592 medali dari kejuaraan/kompetisi di tingkat internasional berhasil dibawa pulang ke tanah air.
Untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) terdapat 224 medali, dan 156 medali dari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyumbangkan 212 medali.
"Untuk siswa-siswa beprestasi ini kita siapkan beasiswa unggulan untuk pendidikan tinggi hingga tamat sarjana," kata Hamid.