Kaum muda, berusia 15-40 tahun, di Indonesia lebih dari 103 juta orang. Mereka adalah sumber daya yang besar untuk menggerakkan kemajuan. Namun, tak hanya jumlah, pemuda pun punya potensi kreativitas dan pemersatu.
JAKARTA, KOMPAS Sumpah Pemuda merupakan momentum kesadaran bersama menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa. Sebelumnya, kesadaran kebangsaan muncul, tetapi berbasis kelompok. Kaum mudalah yang mempersatukannya.
Selain Kongres Pemuda II di Jakarta 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda, peristiwa Kebangkitan Nasional 20 Mei lebih dari 110 tahun lalu diprakarsai kaum muda pula. Berbagai aksi yang melahirkan perubahan pemerintahan di negeri ini digelar oleh mahasiswa, pemuda pula.
Sejarawan Didi Kwartanada dan Andi Achdian, penulis buku Daradjadi, serta peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Sri Nuryanti, yang dihubungi pekan lalu serta Minggu (28/10/2018) sependapat, pemuda memiliki potensi besar tak hanya dari jumlahnya, tetapi juga untuk mempersatukan rakyat Indonesia. Sejarah membuktikannya berulang kali.
Menurut Didi, saat identitas bangsa menguat di atas identitas kelompok, sebuah pergerakan akan mencapai hasil. Sejarah juga mencatat pergerakan kebangsaan di Asia dan di Nusantara berjalan seperti itu.
Misalnya, ketika Ernest Douwes Dekker mendirikan partai modern Indische Partij bersama Tjiptomangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara, keanggotaannya inklusif dan terbuka. Terdapat 5.000 orang Eropa, 1.500 bumiputra, dan 500 orang Tionghoa ketika partai berdiri antara tahun 1912 dan 1913.
Andi menambahkan, kesadaran kesetaraan dan kebangsaan yang semula berbasis kelompok, tetapi saling memotivasi sesama aktivis muda pada 1900-an. Dari saling memotivasi itu lahirlah gerakan antikolonialisme.
Didi menyatakan, kemampuan dan kesadaran mengikuti perkembangan zaman dan membangun pikiran terbuka dengan berlandaskan kesetaraan sesama anak manusia yang berbeda latar belakang suku, agama, ras dan golongan itulah yang bisa menciptakan kekuatan pada zamannya, seperti tahun 1928. Kondisi ini sebenarnya juga berulang pada masa-masa berikutnya.
Daradjadi menjelaskan, pada masa lalu aktivis muda dari Jawa dan Sumatera, yang sebagian besar pemeluk Islam, bisa bergandengan tangan dengan pemuda Kristiani dari sejumlah daerah, serta aktivis Tionghoa, Arab, Indo, dan lainnya sehingga tercapai Sumpah Pemuda. Saat kesadaran kepentingan bangsa mampu mengemuka, barulah sebuah bangsa bisa bergerak maju.
Nuryanti mengakui kekuatan pemuda untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Tantangan masa lalu dan masa kini berbeda. Namun, dengan dayanya, pemuda dapat mempersatukan bangsa ini. Kepentingan sesaat sayangnya kini acap kali membuat pemuda terkotak-kotak.
Potensi kreatif
Nuryanti mengingatkan, pemuda bisa menjadi sumber daya yang besar untuk pembangunan. Namun, lebih dari itu, daya kreatif kaum muda bisa menghidupi bangsa. Daya kreatif itu yang kini lahir dalam berbagai usaha rintisan (start up) yang mengubah wajah Indonesia.
Presiden Joko Widodo dalam peringatan 90 tahun Sumpah Pemuda mengingatkan, kreativitas dan persatuan sebagai kata kunci untuk kemajuan Indonesia. Ia mengajak pemuda untuk bergandengan tangan mengatasi tantangan dan mewujudkan persatuan menuju Indonesia maju.
”Saya perlu mengingatkan selalu mengenai ikrar para pemuda pada Kongres Pemuda II 1928, ’Bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia’. Apa maknanya?
Terus bergandengan tangan, bersatu mengatasi tantangan untuk menggerakkan Indonesia sekarang dan yang akan datang. Di tangan pemudalah negara ini akan maju melawan persaingan,” tutur Presiden di Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (28/10).
Presiden optimistis Indonesia mampu berkompetisi dengan negara lain. ”Negara ini bisa memenangi persaingan, dengan catatan pembangunan manusia harus diberikan prioritas, digarap maksimal agar bonus demografi bisa membawa kemajuan bagi Indonesia,” ujarnya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Bambang Kusumo Prihandono, dalam acara ”Ngobrolin Bareng” Sumpah Pemuda, Sabtu malam di Yogyakarta, mengingatkan, peringatan 90 tahun Sumpah Pemuda harus menjadi momentum refleksi bagi kaum muda untuk terus menumbuhkan kreativitas dan inovasi demi kemajuan bangsa.
Agar kreativitas dan inovasi bisa tumbuh, anak muda harus aktif menjaga keberagaman di Indonesia.
Sementara itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD di Sleman, Yogyakarta, Sabtu, menjelaskan, kemajuan bangsa bisa dicapai jika semangat untuk bersatu dalam keberagaman senantiasa dijaga dan dipupuk pada diri generasi muda. Pancasila harus dijadikan pedoman hidup untuk mewujudkan semangat persatuan. Ideologi itu merupakan pemersatu bangsa.
(NIK/HAR/ONG/HRS/NCA/SYA/TAM/TRA)