JAKARTA, KOMPAS — Lagu ”Indonesia Raya” 3 stanza akan kembali dikumandangkan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-90. Acara ini digelar Minggu (28/10/2018) pukul 19.45 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Menurut laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, konser akbar ini akan menghadirkan 210 alumnus paduan suara dan orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) dari 2015 sampai 2017 yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Hadir pula Putri Ayu dan Kunto Aji dengan konduktor Purwa Tjaraka.
Lagu-lagu yang akan dibawakan adalah lagu-lagu yang bernuansa nasionalis. Beberapa lagu yang akan digaungkan ialah ”Medley Nusantara” yang diaransemen oleh Singgih Sanjaya. Untuk menambah semarak kebinekaan, para alumnus GBN akan mengenakan baju adat dari daerah asal masing-masing.
Dalam keterangan pers, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, acara ini merupakan upaya menyosialisasikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” 3 stanza kepada masyarakat, terutama kepada kalangan generasi muda.
”Kebanyakan masyarakat Indonesia hanya mengenal lagu kebangsaan \'Indonesia Raya\' dalam satu stanza. Padahal, syair pada stanza kedua dan ketiga juga penting untuk diketahui, dipahami, dan dihayati. Makna dari setiap syair harus dapat diresapi sehingga menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa,” kata Muhadjir.
Selain itu, masih banyak juga yang menyanyikannya tidak sesuai dengan peraturan. Ada pula yang bernyanyi dengan sikap badan kurang tepat.
”Melalui acara ini, dengan memahami, menghayati apa yang ada dalam lagu \'Indonesia Raya\' ini, saya yakin rakyat Indonesia akan semakin cinta tanah air,” ujar Muhadjir.
Makna dan doa dalam 3 stanza
Lagu ”Indonesia Raya” diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman yang dimainkan pertama kali pada 28 Oktober 1928. Pada awalnya, lagu ini berjudul ”Indonesia Merdeka”. Tidak ada kata raya di dalamnya, tetapi mulia.
Lagu ”Indonesia Raya” 3 stanza merupakan salah satu lambang negara yang menjadi simbol persatuan dan kebanggaan masyarakat Indonesia. Setiap lirik dalam ketiga stanza tersirat lantunan harapan dan doa terhadap negara ini.
Dalam lirik di stanza pertama, lagu kebangsaan ini mengisahkan tentang kondisi Indonesia yang saat itu belum bersatu, bahkan merdeka. Lirik inilah yang kemudian lebih sering dinyanyikan oleh masyarakat. Liriknya adalah ”Marilah kita berseru, Indonesia bersatu”.
Sementara di stanza kedua, liriknya mengisahkan doa yang tulus dari seluruh masyarakat Indonesia. Doa yang berharap agar Indonesia sebagai negara yang bahagia. Berikut adalah penggalan lirik di stanza kedua, ”Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia”.
Setelah bersatu dan bahagia, doa berikutnya adalah janji menjaga Indonesia abadi. Pada stanza ketiga ada janji dan sumpah dari seluruh rakyat Indonesia. Sebuah sumpah janji setia bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Liriknya berbunyi, ”Marilah kita berjanji, Indonesia abadi”. (SHARON PATRICIA)