BALIKPAPAN, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) akan berusaha keras mempertahankan produksi minyak dan gas bumi di Blok East Kalimantan-Attaka di Kalimantan Timur menyusul alih kelola blok tersebut dari Chevron. Blok East Kalimantan-Attaka yang terletak di lepas pantai timur Kalimantan sudah diproduksi selama 50 tahun oleh Chevron. Produksi yang diharapkan pada tahun ini adalah 13.291 barrel minyak per hari dan 73,3 juta standar kaki kubik per hari untuk gas.
Sejak dieksploitasi 50 tahun lalu, blok tersebut sudah menghasilkan minyak mentah sebanyak 1 miliar barrel dan gas bumi sebanyak 3 triliun kaki kubik. Habis masa kontrak pada 24 Oktober 2018, pemerintah sudah memutuskan pengelolaan Blok East Kalimantan-Attaka diserahkan kepada Pertamina. Blok ini merupakan bagian dari delapan blok hasil terminasi tahun 2018 yang seluruh kelanjutan pengelolaannya diberikan kepada Pertamina. Tujuh blok lainnya adalah Ogan Komering, Sanga-sanga, Tuban, Tengah, Southeast Sumatera, dan North Sumatera Offshore.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Bambang Manumayoso mengatakan, tantangan pada pengelolaan blok-blok migas yang tua adalah mempertahankan produksi. Dengan usia produksi mencapai 50 tahun, penurunan produksi adalah hal yang wajar dan alamiah. Pihaknya berusaha keras agar penurunan produksi di Blok East Kalimantan-Attaka tidak terlalu drastis.
”Tahun ini kami merencanakan program kerja ulang sumur (work over) sebanyak 10 sumur dan 59 perawatan sumur (well service) yang diperkirakan dapat memproduksi minyak 13.291 barrel per hari dan gas 73,3 juta standar kaki kubik per hari,” ucap Bambang, Kamis (25/10/2018) di Balikpapan.
Tahun depan, lanjut Bambang, pihaknya merencanakan pengeboran tiga sumur, 37 sumur kerja ulang, dan 308 perawatan sumur. Dengan program itu, produksi yang diharapkan adalah 10.639 barrel minyak per hari dan gas bumi sebanyak 59,4 juta standar kaki kubik per hari. Adapun nilai investasi yang dikucurkan PHI sampai 2020 adalah 79,3 juta dollar AS.
Operasi Blok East Kalimantan-Attaka dilakukan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur yang merupakan anak usaha dari PHI. PHI dibentuk PT Pertamina (Persero) khusus untuk mengelola blok-blok migas hasil terminasi. Blok besar hasil terminasi yang sudah dikelola adalah Blok Mahakam mulai 1 Januari 2018. Setelah dikelola selama 50 tahun oleh Total (Perancis) dan Inpex (Jepang), pemerintah menyerahkan kepada Pertamina.
Terminasi
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menambahkan, sampai 2026 ada 22 blok migas yang kontraknya segera berakhir. Tahun ini, keputusan terhadap kontrak yang berakhir sampai 2023 (empat blok) akan diputuskan kelanjutan pengelolaannya. Kontrak blok migas hasil terminasi menggunakan skema bagi hasil gross split (bagi hasil berdasar produksi bruto).
”Sesuai aturan yang ada, kelanjutan pengelolaan blok migas hasil terminasi harus memberikan saham partisipasi 10 persen kepada pemerintah daerah di mana blok itu berada. Saat ini, proses saham partisipasi Blok East Kalimantan-Attaka sedang dalam pembicaraan,” ucap Amien.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Chevron Pasific Indonesia Albert Simanjuntak mengatakan, karyawan Blok East Kalimantan-Attaka yang sebelumnya bekerja di bawah Chevron secara otomatis beralih menjadi karyawan di bawah Pertamina. Tercatat ada 727 karyawan Chevron yang kemudian beralih menjadi karyawan Pertamina untuk mengelola blok tersebut.
Indonesia menghadapi masalah defisit produksi migas menyusul tingginya kebutuhan bahan bakar minyak nasional dibandingkan produksi di dalam negeri. Blok migas hasil terminasi yang diserahkan pengelolaannya kepada Pertamina diharapkan dapat mengurangi angka defisit tersebut.
Produksi siap jual (lifting) minyak semester I-2018 sebesar 771.000 barrel per hari (BOPD). Adapun lifting gas bumi di periode yang sama sebesar 1,152 juta barrel setara minyak per hari (BOEPD). Capaian itu masih lebih rendah daripada target APBN 2018 yang masing-masing 800.000 BOPD untuk minyak dan 1,2 juta BOEPD untuk gas bumi. Baik lifting minyak maupun gas bumi diperkirakan tidak memenuhi target hingga tutup tahun ini.