Memaknai Sumpah Pemuda Tak Cukup Sekadar Menghafal
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Memaknai Sumpah Pemuda tak cukup sekadar menghafal. Mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih penting dalam memberikan arti Sumpah Pemuda yang sesungguhnya.
Pada Jumat (26/10/2018) siang, Kompas sempat mewawancarai sekitar 40 siswa sekolah menengah pertama kelas VIII dari Sekolah Pewaris Peradaban, Bogor. Kompas bertemu dengan mereka saat menghadiri acara Trade Expo Indonesia di Bumi Serpong Damai, Tangerang.
Ketika ditanyakan siapa yang tahu apa isi Sumpah Pemuda, mereka menjawab hanya satu atau dua kata dari isi Sumpah Pemuda. Ada pula yang menjawab tidak hafal. Di satu sisi, keadaan ini tentu disayangkan. Namun, semangat dan kegigihan mereka tampak ketika ditantang untuk menghafal.
Setelah lebih kurang 10 menit dan mengucapkannya berulang kali, mereka akhirnya dapat menyebutkan isi Sumpah Pemuda. Memang tak cukup hanya sekadar menghafal. Tapi, usaha itulah yang seharusnya kita hargai sebagai proses menjadi generasi yang lebih baik.
Sebagai sekolah wirausaha yang berdiri sejak 2015, para siswanya diwajibkan untuk memiliki usaha. Tiga siswa kelas VIII, yaitu Suci Amelia, Najwa, dan Muhammad Safei, sudah memiliki usaha edukasi batik. Mereka mulai menekuninya sejak duduk di bangku kelas VIII.
”Tentang usaha edukasi batik itu, kami ngajarin anak-anak lain bagaimana caranya membatik. Ada yang pakai canting, ada juga yang dicap. Biasanya kami mengajar untuk anak-anak yang sedang mengikuti outbound,” kata Suci.
Melalui usahanya, Suci mengatakan dapat membantu meringankan biaya orangtua, setidaknya untuk uang jajan. Mereka dapat memperoleh berkisar Rp 300.000 hingga Rp 900.000 per bulan tergantung pada pesanan.
Tak sekadar menghasilkan uang, usaha ini juga membuat mereka diundang ke luar kota, salah satunya Yogyakarta untuk mengajar cara membatik. Menurut pengakuan Najwa, turis dari Singapura juga pernah belajar membatik dari mereka.
Tentu ini wujud nyata dari menghidupkan nilai Sumpah Pemuda. Hal ini menunjukkan bahwa melalui kegigihan, komitmen, dan ketakwaan, anak muda Indonesia mampu menjadi wirausahawan yang berhasil.
”Melalui SMP Pewaris Peradaban, kami bertujuan menciptakan generasi yang siap menghadapi masa depan. Walau baru SMP, mereka sudah punya jiwa usaha,” kata guru SMP Pewaris Peradaban, Anisya.
Pengurus SMP Pewaris Peradaban, Rizal, menyampaikan, kunjungan ke TEI bertujuan mengajarkan anak-anak bagaimana dunia usaha yang sesungguhnya, tentang persaingan usaha yang semakin tinggi.
”Momen seperti ini, kan, nggak datang setiap hari. Jadi, hari ini kami mengajak anak-anak untuk melihat perkembangan dunia usaha. Setidaknya mereka memiliki pengalaman dan semangat baru melalui acara ini,” tutur Rizal.
Anisya menambahkan, tantangan terbesar mendidik anak-anak adalah bagaimana menumbuhkan karakter anak yang berakhlak. Harapannya agar anak-anak dapat lebih menghargai nilai-nilai kebangsaan.
”Dalam mendidik, kami memiliki tiga prinsip, yaitu muda, kaya, dan bertakwa. Kami ingin anak-anak memiliki mental orang kaya dalam arti jika ingin mencapai sesuatu harus punya komitmen dan ada sesuatu yang dikorbankan,” papar Anisya. (SHARON PATRICIA)