JAKARTA, KOMPAS — Hilirasi hasil riset pengembangan benih tanaman pangan bersifat unggul dinilai belum optimal. Padahal, bila pemanfaatan hasil penelitian benih bisa dilakukan secara intensif, mimpi terwujudnya ketahanan pangan dapat segera terwujud.
Hal ini menjadi kesimpulan dari diskusi bertema ”Kebijakan dan Ketersediaan Bibit dan Benih Komoditas Pangan dalam rangka Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional” yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ismail Wahab mengatakan, selain kualitas tanah dan sumber daya manusia, kualitas benih menjadi unsur utama pendukung keberhasilan budi daya tanaman pangan. ”Dari domestikasi sampai menjadi industri benih saat ini, kebutuhan dan ketergantungan terhadap benih bermutu kian meningkat,” ujarnya.
Namun, sebagian besar petani padi, misalnya, belum menggunakan benih bermutu. Terobosan teknologi benih dan bibit yang dapat melipatgandakan hasil serta adaptif dengan iklim pertanian lokal masih minim.
Pada komoditas padi, contohnya, Ismail beralasan mandeknya penemuan benih padi unggul baru dengan produktivitas tinggi diakibatkan kecenderungan petani memilih varietas padi yang sudah ada. Seperti IR 64 yang dilepas pada 1986. ”Jenis IR 64 masih diminati konsumen karena sesuai selera. Rasa nasinya seperti beras dari Thailand,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan benih padi sepanjang 2018 mencapai 404.787 ton dengan asumsi kebutuhan 25 kilogram per hektar.
Kepala Subdirektorat Bidang Perkebunan dan Hortikultura Direktorat Pangan dan Pertanian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Anwar Sunari menilai, sinergi antarlembaga perlu ditingkatkan untuk pengembangan benih unggul secara nasional. ”Produktivitas dan nilai tambah dari sektor pertanian sudah bagus, tetapi belum optimal,” ujarnya.
Terkait itu, Institut Pertanian Bogor (IPB) berencana mengembangkan usaha rintisan di bidang pembenihan. Hal ini jadi bagian dari perencanaan penyediaan benih bagi petani. ”Hal ini untuk memastikan ketersediaan benih dan mendukung ketahanan pangan nasional,” kata Sekretaris Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Asep Setiawan.
Indonesia, lanjut Asep, bisa meniru Thailand atau Vietnam, dua negara yang tidak menggunakan strategi swasembada untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Kedua negara ini mampu merangkul perusahaan multinational bidang pertanian untuk berinvestasi dan memproduksi benih unggulan berdaya saing.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Franciscus Welirang berharap pemerintah tidak hanya mendorong pengembangan benih berkualitas. Pemerintah harus memastikan varietas padi yang dihasilkan akan terserap oleh pasar.
”Jadi tidak sekadar menjamin kualitas benih, tetapi juga pastikan sistem pendistribusian benih berjalan baik, benih bisa sampai di petani dengan mutu yang baik,” ujarnya.