JAKARTA, KOMPAS - Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia. Namun, kekayaan ini belum dioptimalkan menjadi kekuatan ekonomi, justru kerap dimanfaatkan negara lain. Kini, kekayaan plasma nutfah Indonesia terancam hancur dengan ekspansi tanaman monokultur kelapa sawit.
Demikian mengemuka dalam seminar nasional diikuti diskusi terfokus yang diselenggarakan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP), Kementerian Pertanian di Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Pakar ekonomi dan lingkungan Prof (emeritus) Emil Salim, yang menjadi pembicara kunci menyebutkan, kebinekaan plasma nutfah merupakan kekuatan dan kekhasan negeri ini. "Tidak ada negara lain yang memiliki kekayaan hayati seperti kita. Brazil memang memiliki kekayaan luar biasa juga, tetapi karakternya kontinen. Indonesia, kaya di darat dan lautannya," kata dia.
Tidak ada negara lain yang memiliki kekayaan hayati seperti kita. Brazil memang memiliki kekayaan luar biasa juga, tetapi karakternya kontinen. Indonesia, kaya di darat dan lautannya.
Data Kementerian Pertanian, Indonesia memiliki 28.000 jenis tumbuhan, 400 jenis buah, dan 7.500 tanaman obat. Kekayaan hayati ini, menurut Emil, dipengaruhi kondisi geologi yang berada di atas tiga lempeng dunia, yaitu Asia, Australia, dan Pasifik. Masing-masing lempeng memiliki unsur tanah dan keragaman hayati berbeda. Pertemuan tiga lempeng ini juga membentuk gugusan gunung api yang letusannya menjadi unsur hara terbaik.
Untuk kekayaan laut Indonesia, banyak dipengaruhi letak geografis di antara dua lautan, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sedangkan sebaran pulau-pulau yang memanjang mengikuti garis katulistiwa menyebabkan keberlimpahan sinar matahari dan curah hujan yang tinggi, yang menjadi sarat utama kehidupan.
"Variasi genetik hayati kita berbeda dari Aceh sampai Papua. Ini harus dijaga karena kebinekaan plasma nutfah merupakan inti Indonesia. Kalau hal ini hancur, habislah kita," kata Emil.
Menurut Emil, kekayaan hayati ini seharusnya bisa menjadi penopang ekonomi nasional jika dikelola dengan baik. "Contohnya pisang, kita merupakan pusat asal pisang dan ini komoditas buah terbesar di dunia. Namun, data tentang jenis dan sebaran pisang yang kita punya sangat terbatas, apalagi pengembangannya untuk industri," kata dia.
Kita merupakan pusat asal pisang dan ini komoditas buah terbesar di dunia. Namun, data tentang jenis dan sebaran pisang yang kita punya sangat terbatas.
Emil menambahkan, musuh terbesar keragaman hayati adalah penyeragaman atau monokultur. Untuk Indonesia, tanaman sawit menjadi ancaman terbesarnya. "Perkembangan Indonesia yang melulu sawit harus dihentikan. Kementerian Pertanian harus menjaga gawang agar kebijakan monokultur dihentikan," kata dia.
Kekuatan Ekonomi
Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dalam sambutan tertulis menyebutkan, kekayaan ragam hayati di negeri ini belum dimanfaatkan secara optimal. Bahkan, kekayaan kita kerapkali dimanfaatkan negara lain. "Salah satu masalahnya, kita belum punya data base lengkap dari sumber daya hayati kita," kata dia.
Dibandingkan dengan Belanda, yang luas daratannya kurang dari Provinsi Jawa Timur, namun mampu menjadi eksporter produk-produk pertanian nomor dua dunia, dengan komoditi andalannya susu dan bunga.
"Belanda tidak sekaya Indonesia dari aspek kekayaan sumber daya hayati, namun kunci kekuatan mereka adalah pengembangan teknologi dan sumber daya manusia untuk mengoptimalkan keterbatasan koleksi plasma nutfahnya dan dikembangkan dalam industri benih," sebut Amran.
Belanda tidak sekaya Indonesia dari aspek kekayaan sumber daya hayati, namun kunci kekuatan mereka adalah pengembangan teknologi dan sumber daya manusia.
Kepala Pusat PVTPP Erizal Jamal mengatakan, pendaftaran varietas lokal menjadi langkah awal untuk melindungi kekayaan dan keberagaman hayati ini. "Jika dulu setahun rata-rata hanya 50 yang didaftarkan, mulai 2017 sudah di atas 150. Kalau ditotal memang masih kecil. Dari ratusan ribu plasma nutfah, baru ribuan yang didaftarkan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Divisi Litbang Taman Buah Mekarsari, Aziz Natawijaya mengatakan, beberapa industri buah dan bunga asli Indonesia saat ini justru dikembangkan negara lain. Dia mencontohkan, jambu air citra asli semarang yang kini dikembangkan Taiwan dan diberi nama chi san. Contoh lain, bunga aglaonema asal Sumatera yang dikembangkan di Thailand.
Aziz mengatakan, sebagian kekayaan hayati Indonesia ini bisa langsung dibudidayakan karena memiliki sifat unggul, seperti ubi cilembu. Namun, sebagian lain butuh riset untuk dipadukan dengan berbagai varietas lain sehingga menghasilkan jenis baru yang memiliki karakter lebih baik.
Dia mencontohkan, Mekarsari telah mengembangkan varietas beberapa jenis tanaman bersumber dari kekayaan hayati di berbagai daerah, misalnya durian. "Kami telah mengoleksi 200 varietas durian dan terus diteliti untuk diciptakan varietas baru yang lebih unggul dari rasa dan penampilan. Selain itu juga dikembangkan salak dan manggis yang merupakan tanaman asli Indonesia.