Indonesia dan Korsel Kembangkan 1.000 ”Start Up” hingga Tahun 2020
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Korea Selatan menjadi salah satu mitra Indonesia dalam memenuhi target mengembangkan 1.000 usaha rintisan (start up) hingga akhir tahun 2020. ”Negeri Ginseng” yang unggul dalam mengekspor konten dan produk berbasis K-pop itu menjadi salah satu model Indonesia dalam mengembangkan ekonomi kreatifnya.
Direktur Hubungan Internasional Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) K Candra Negara percaya, kerja sama antara Indonesia dan Korsel dapat bermanfaat kepada perekonomian lokal dan memiliki peran strategis dalam mengembangkan pelaku ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif di bidang gim, misalnya, memiliki peluang yang sangat besar di Indonesia karena jumlah pasarnya yang cukup tinggi. Pemain gim di Indonesia diperkirakan mencapai 42,8 juta orang atau sekitar 20 persen dari total penduduk.
”Indonesia merupakan pasar gim yang menguntungkan dan menarik untuk dieksploitasi oleh pelaku ekonomi kreatif lokal, juga dari Korsel. Bekraf mendukung dan memfasilitasi kolaborasi di antara kedua negara,” ucap Candra, Kamis (25/10/2018), dalam acara bertajuk ”Indonesia-Korea: Tech Startup Demo Day”, di Jakarta.
Ia menambahkan, K-pop menjadi salah satu model yang digunakan Indonesia dalam mengembangkan konten kreatifnya. Menurut rencana, Bekraf akan meluncurkan program musik Hello Dangdut pada 2019. ”Kami sekarang dalam tahap akhir pengembangan konsep dan program,” ujar Candra.
Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Kim Chang-beom menyampaikan, kolaborasi antar-kedua negara dalam pengembangan usaha rintisan merupakan lanjutan dari persetujuan yang disepakati Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae-in saat mengunjungi Indonesia pada akhir 2017. Pada September 2018, Jokowi bertemu lagi dengan Moon di Korsel.
Pada Kamis, 15 usaha rintisan asal Korsel dan 10 usaha rintisan asal Indonesia hadir untuk mempresentasikan ide usaha rintisan mereka di hadapan para investor serta perusahaan inkubator dan akselerator. Start up yang ditampilkan sebagian besar berbasis teknologi. Ada yang di bidang kesehatan, finansial, komersial, dan gim.
”Pengembangan start up strategis dalam mengembangkan bakat-bakat muda. Kolaborasi dengan investor menjadi sangat penting,” kata Kim.
Devina Sugono, pendiri Ponja, salah satu usaha rintisan yang hadir pada Kamis itu, berharap dapat bertemu dan berkolaborasi dengan komunitas yang mendukung ide usaha rintisannya, yaitu sebuah aplikasi digital yang mempertemukan pemilik produk dengan seseorang yang ingin menyewa produk itu. Untuk mengembangkan aplikasi tersebut, ia perlu mengumpulkan dana sebesar 150.000 dollar AS.