Seleksi Masuk PTN Tahun 2019 Optimalkan Ujian Tulis
Penyelenggaraan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri diperbaiki. Pada tahun 2019, SBMPTN dilakukan lewat ujian tulis berbasis komputer yang dilakukan 24 kali selama 12 hari.
JAKARTA, KOMPAS - Penyelenggaraan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri untuk tahun 2019 mengalami sejumlah perubahan. Seleksi masuk di perguruan tinggi milik pemerintah ini lebih memperbesar peluang lolos lewat ujian tulis.
Ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tetap melalui tiga jalur. Namun, kuota untuk seleksi masuk tanpa tes lewat prestasi akademik di SMA/SMK sederajat atau Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN) porsinya dikurangi menjadi minimal 20 persen. Di tahun lalu, ditetapkan untuk tiap program studi minimal 30 persen.
Seleksi masuk lewat jalur tulis, yakni Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) justru ditingkatkan. Kuotanya diubah menjadi minimal 40 persen, di tahun lalu minimal 30 persen. Adapun jalur mandiri yang menjadi kewenangan tiap PTN masih sama, yakni maksimal 30 persen. Jalur mandiri dapat memanfaatkan hasil ujian tulis berbasis komputer (UTBK).
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di Jakarta, Senin (22/10/2018), mengatakan, mulai tahun 2019 pelaksanaan SBMPTN diubah. Ujian tulis berbasis kertas dan komputer yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia selama satu hari ditiadakan. Tes tertulis dilakukan lewat UTBK yang dapat diikuti calon mahasiswa kapan saja selama periode ujian (12 hari), maksimal dua kali tes.
"Sistem seleksi masuk mahasiswa baru di PTN diharapkan semakin baik. Seleksi tertulis benar-benar dipakai untuk menyeleksi calon mahasiswa yang potensial sukses menuntaskan kuliah dan berprestasi baik," ujar Nasir.
Seleksi tertulis benar-benar dipakai untuk menyeleksi calon mahasiswa yang potensial sukses menuntaskan kuliah dan berprestasi baik.
Nasir menambahkan, pimpinan PTN dapat memakai UTBK saja untuk menyeleksi calon mahasiswa. Bisa juga memakai UTBK dan kriteria lain, seperti prestasi.
Penyelenggaraan UTBK dilaksanakan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Dengan hasil tes potensi skolastik dan tes potensi akademik yang dilaporkan secara individual, calon mahasiswa mendaftar saat seleksi SBMPTN dibuka.
Tes potensi skolastik untuk mengukur kemampuan penalaran dan pemahaman umum yang penting untuk keberhasilan di sekolah formal. Adapun tes potensi akademik untuk mengukur pengetahuan/penguasaan materi yang diajarkan di sekolah dengan soal-soal higher order thinking skils (HOTS).
Maksimal dua kali
Ketua LTMPT Ravik Karsidi yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret Solo mengatakan, peserta yang bisa ikut tes lulusan 2017-2019. Tiap peserta dapat ikut tes maksimal dua kali di 85 PTN sebagai pusat tes. Tiap ikut tes, peserta dikenai biaya Rp 200.000.
"Namun, ketika mendaftar di SBMPTN tidak dikenai biaya lagi alias gratis. Peserta mendaftar ke program studi di PTN yang dituju dengan memasukkan skor UTBK yang dimilikinya," ujar Ravik.
Ravik mengatakan, ujian keterampilan (seni dan olahraga) yang biasanya diadakan setelah tes tertulis SBMPTN ditidakan. Penilaian tambahan dilakukan dengan mengirimkan dokumen portofolio.
Jadwal tes UTBK dilaksanakan selama 24 kali selama 12 hari dalam setahun, hanya di hari Sabtu dan Minggu. Dengan demikian, peserta bisa mencocokkan jadwal ujian dengan kesiapan masing-masing.
"Siswa SMA/SMK tahun 2019 yang belum lulus, tetap bisa ikut tes UTBK. Jadi, mereka sudah punya skor untuk ikut seleksi,"kata Ravik.
Sekretaris Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru 2018 Joni Hermana yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya mengatakan, seleksi calon mahasiswa lewat rapor/prestasi ternyata tidak selalu berkorelasi dengan prestasi baik di PTN. Justru yang masuk lewat ujian tulis punya prestasi lebih baik.
Seleksi calon mahasiswa lewat rapor/prestasi ternyata tidak selalu berkorelasi dengan prestasi baik di PTN. Justru yang masuk lewat ujian tulis punya prestasi lebih baik.
Banyak calon mahasiswa dari jalur tanpa tes dengan nilai rapor baik, ternyata tidak berkorelasi positif dengan indeks prestasi kumulatif di tahun pertama. "Secara nasional, kuota minimal 20 persen dari seleksi nilai raport, lebih menjanjikan keberhasilan,"kata Joni.
Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia Kadarsah Suryadi yang juga Rektor Institut Teknologi Bandung mengatakan, semua PTN mendukung penyelenggaraan seleksi bersama masuk PTN. Selain untuk menjamin kualitas calon mahasiswa potensial yang berhasil di perguruan tinggi, juga demi persatuan bangsa.
"Pimpinan PTN tetap sepakat untuk bersama-sama ikut dalam seleksi bersama. Hal ini membuat calon mahasiswa dari seluruh Indonesia punya kesempatan masuk di PTN yang ada di mana saja, selama dinilai memenuhi syarat," kata Kadarsah.