Ribuan Migran Honduras Bergeming meski Akan Dicegah Trump
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
MEXICO CITY, SENIN — Ribuan migran asal Honduras melanjutkan langkah mereka bersama-sama menuju wilayah Amerika Serikat, Senin (22/10/2018), setelah bermalam dua hari di wilayah Meksiko. Mereka bergeming dengan pernyataan Presiden Donald Trump yang menentang langkah mereka. Bahkan, mereka tidak mengindahkan langkah otoritas Meksiko yang berupaya memblokade pergerakan di sebuah jembatan perbatasan antara Meksiko dan Guatemala. Banyak dari para imigran itu memilih menyeberangi sungai dengan rakit darurat sebelum berbaris ke arah utara.
Setelah berjalan tujuh jam dari perbatasan Guatemala, sekitar 3.000 migran tiba di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Minggu (21/10/2018). Mereka akan melanjutkan perjalanan dengan menempuh jarak sekitar 3.000 kilomter menuju kota Huixtla.
Kami sangat menyadari bahwa negara ini (Meksiko) tidak menerima kami seperti yang kami harapkan, dan mereka dapat mengembalikan kami ke Honduras, dan kami juga tahu ada pedagang obat bius yang menculik dan membunuh migran.
Para migran umumnya melarikan diri dari kemiskinan dan ketidakamanan di Honduras di mana geng-geng jalanan menguasai wilayah mereka dengan kekerasan brutal. Dengan tingkat pembunuhan 43 orang per 100.000 penduduk, Honduras adalah salah satu negara paling ganas di dunia, demikian mengutip hasil penelitian sebuah universitas di Honduras.
Para aktivis mengatakan, perjalanan melalui Meksiko menuju perbatasan AS dapat memakan waktu satu bulan. Mereka tidak menghiraukan sikap Trump yang marah dan mengatakan ”upaya penuh” sedang dilakukan untuk menghentikan langkah para migran itu.
”Upaya penuh sedang dilakukan untuk menghentikan serangan gencar orang asing ilegal melintasi perbatasan bagian selatan,” kata Trump melalui Twitter. ”Orang-orang harus mengajukan permohonan suaka di Meksiko terlebih dahulu, dan jika mereka gagal melakukan itu, AS akan menolaknya.”
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga memperingatkan, para migran mungkin menjadi korban oleh penyelundup manusia atau orang lain yang akan mengeksploitasinya. ”Kami juga sangat prihatin dengan kekerasan yang diprovokasi oleh beberapa anggota kelompok serta motivasi politik yang jelas dari beberapa penyelenggara perjalanan itu,” kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 1.000 migran, termasuk perempuan dan anak-anak, masih terdampar di jembatan perbatasan. Mereka berharap dapat memasuki Meksiko secara legal melalui Guatemala. Pihak berwenang Meksiko bersikeras bahwa mereka yang berada di jembatan harus mengajukan klaim suaka satu per satu untuk memasuki negara itu.
Nekat
Kelompok lain, sekitar 1.000 orang Honduras memulai perjalanan mereka melintasi Guatemala, menuju Meksiko dan kemudian AS. Kelompok pria, perempuan, dan anak-anak berkumpul di Esquipulas sebelum berangkat dengan berjalan kaki.
”Tidak ada yang akan menghentikan kami setelah semua yang kami lalui,” kata Aaron Juarez (21), yang ditemani oleh istri dan bayinya, berjalan dengan kesulitan karena cedera. Petani Honduras, Edwin Geovanni Enamorado, mengatakan, dirinya terpaksa meninggalkan negaranya karena intimidasi oleh geng pemeras. ”Kami lelah, tetapi sangat senang, kami bersatu dan kuat,” katanya. Presiden terpilih Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menyerukan perlakukan adil terhadap para migran. ”Kami tidak ingin mereka menghadapi apa yang (orang-orang Meksiko) hadapi ketika mereka perlu mencari pekerjaan di AS,” katanya di Twitter.
Presiden Guatemala Jimmy Morales mengatakan, lebih dari 5.000 migran telah memasuki Guatemala dari Honduras, tetapi sekitar 2.000 migran telah kembali ke wilayah mereka. Pejabat lembaga penanggulangan bencana nasional, CONRED, mengatakan bahwa lebih dari 1.000 penduduk Honduras meninggalkan rombongan itu akhir pekan lalu.
Mereka diangkut pulang dengan bus yang disediakan oleh pemerintah Guatemala. Akhir pekan lalu juga pihak berwenang Meksiko telah membuka perbatasan bagi perempuan dan anak-anak di jembatan yang penuh sesak itu, membawa mereka ke tempat penampungan di Tapachula, sekitar 40 kilometer dari Ciudad Hidalgo.
Namun, banyak migran memilih tidur di jalan karena takut petugas imigrasi dapat menangkap mereka jika mereka berada di tempat penampungan. Sekitar 900 migran yang lelah menunggu di jembatan terpaksa menyeberangi Sungai Suchiate dengan rakit darurat dan polisi tidak melakukan intervensi ketika mereka memanjat tepi sungai berlumpur di sisi Meksiko. (AFP)