Seni-Seni Donasi dari Musik sampai Keramik
Bencana erupsi Gunung Agung (Bali), gempa Lombok (NTB) hingga gempa dan tsunami Palu (Sulawesi Tenggara) berurutan... Solidaritas terus tergalang. Donasi-donasi pun mengalir dikirimkan. Bali yang dikenal keindahan, pekerja seninya pun berkreasi bagaimana ikut berpartisipasi dalam berdonasi. Mulai musik hingga lukis keramik.
Sabtu (20/10/2018) sore ini, sebanyak 15 orang bersiap workshop lukis piring keramik bersama Mia Diwasasri (perupa keramik) dengan Jenggala, di CushCush Gallery, Kota Denpasar. Seluruh uang pendaftaran workshop senilai Rp 250.000 per orang seluruhnya didonasikan untuk bencana Palu. Tema workshop adalah Cerita di atas Piring.
“Bahagia bisa mendapatkan ilmu dan berbagi. Tumben, tumben, saya ikut workshop dengan dibarengi donasi. Seru acaranya. Apalagi, melukisnya di atas keramik bukan kertas atau kanvas. Piringnya buat kita-kita pula di bawa pulang setelah jadi piring keramik,” kata Ega bersama temannya usai workshop.
Piring keramik ini memang khusus dengan cat warna khusus pula. Karena setelah selesai dilukis, piring-piring berdiameter sekitar 25 sentimeter itu harus dioven dengan suhu lebih dari 1.000 derajat Celsius. Proses pembakarannya di Jenggala (perusahaan keramik), Jimbaran.
Jenggala sendiri tak menyangka peminat belajar melukis keramik dan berdonasi ini diminati. Hampir semua peserta anak muda. Ada pula yang memang pekerja seni grafis. Tapi melukis di atas keramik ya baru sore tadi. Dewa Juana bersama peserta lainnya merasa kurang asik dengan lukisnya selama tiga jam.
Sesuai tema workshop, Mia sang mentor sore itu berharap momentum ini tak terlupakan. Apalagi sebagai perupa keramik ia senang bisa berbagi meski tak dibayar sama sekali. Semua untuk donasi.
Banyak cerita di atas piring, Sabtu sore itu. Tentu saja mereka menjadi teringat betapa bersyukur masih bisa berbagi dan mendapatkan ilmu.
"Acara ini menyenangkan dan semua biaya pendaftaran untum donasi. Jenggala benar benar memberi free piring dan alat lukisnya. Seru berbagi," kata Puri Ardini mewakili pihak Jenggala.
Begitu pula pekan lalu. Rocktober 2018 salah satu acara ajang nostalgia music rock era 1950-an, di Antida Sound Garden, Waribang, Kota Denpasar, Bali, juga menggelar pentas dengan tujuan menggalang donasi Palu. Malam itu mereka mendapatkan Rp 5 juta dari panggung sedang dengan lagu-lagu nostalgia. Ada pelelangan sepatu, jaket dan dompet kulit dari kulit sapi asli karya Made Rainbow (perajin kulit).
Karena rock tak pernah mati dan tetap ingin mengendepankan kebersamaan (togetherness) dalam sistem komunitas yang terbentuk. Seiring dengan perjalanannya, selalu ada banyak hal yang menarik tentang musik rock, selain musik ini terkenal dengan bunyi khas yang sering berkisar antara gitar listrik, penggunaan back berat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum, para personil band rock-pun sering menjadi misteri tersendiri di dunia musik.
Beberapa band tampil memeriahkan acara ini, di antaranya: Ripper Clown, Balian, Nymphea, EviE , The Fathers, Antrabez. Mereka akan tampil membawakan identitas dan lagu Nirvana, Linkin Park, Soundgarden, The Cranberries. “Selain berkumpul dan bermusik, momentum berbagi untuk Palu juga perlu agar kita semua ingat masih bisa bermusik dengan damai tanpa bencana seperti di Palu atau Lombok,” kata Anom Darsana selaku pemilik Antida Sound Garden.
Musisi-musisi lainnya juga menggelar pentas serupa di beberapa lokasi di Denpasar. Belasan juta rupiah pun terkumpul.
Bagi pengamat sosial Ras Amanda, donasi melalui musik, pementasan atau seni lainnya itu efektif menarik massa. Dan, ia merasa lebih baik daripada hanya membawa kotak-kotak amal tanpa tontonan atau aktivitas sebagai penghargaan bersama dan rasa syukur bersama masih diberi kesempatan beramal.
Beberapa waktu lalu, donasi untuk gempa Lombok juga dikumpulkan dengan gaya lelang lukisan sampai masakan bebek bakar. “Ya..mari kita buka lelang karya malam ini dengan masakan bebek bakar Komunitas Warung Mertua! Ayo, siapa mau bebek bakar? Kami membuka harga lelang Rp 150 ribu...,” kata Gadis bersama Mardika bergantian menawarkan lelang karya-karya seni, di acara Art for Humanity, Solidaritas Bali untuk Lombok, di Taman Uber Pan Brayut, Denpasar, Bali, akhir Agustus lalu. Bagian dari rasa kebersamaan dan turut memberi semangat membangun kepada korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Harga pembuka Rp 150.000 untuk tiga potong bagian paha bebek bakar dan tiga nasi pun ramai merambat naik. Bersahutan beberapa orang yang hadir berebut menjadi harga tertinggi. Setelah sekitar lima orang memperebutkan harga tertinggi, paket bebek bakar pun ditutup Rp 177.000.
Lelang pun berlanjut bergantian dari lelang karya seni memasak, seni pembuatan garam dari Amed (Buleleng), arak Desa Dukuh (Karangasem) dan tentu saja sejumlah seni lukis serta sketsa. Bergantian acara lelang digelar dengan penuh kekeluargaan bersahutan memperebutkan karya dengan harga tertinggi.
“Ayo...ayo... lukisan karya Citra Sasmita berjudul Perempuan mulai harga Rp 250.000. Ayo..ayooo...,” teriak pembawa acara lainnya, Mardika sambil berkeliling membawa lukisan. Begitu pula lukisan dan sketsa karya perupa-perupa Bali lainnya bergantian dilelang.
Tak kalah laku, dua pot panjang tanaman kaktus pun banyak peminat. Kaktus milik Rangga dengan sentuhan seni itu laku tertinggi di harga Rp 140.000.
Perupa yang ikut lelang karya Sabtu malam itu di antaranya Putu Fajar Arcana, Polenk, Gus Ari dan terkumpul lebih dari Rp 10 juta.
Karya fotografi dari Komunitas Lingkara pun laris manis menyumbang Rp 7 juta dari belasan fotonya. Malam itu sumbangan dari lelang terkumpul sekitar Rp 22 juta. Semua perupa ikhlas menyumbangkan hasil lelang berapa pun terjual untuk Solidaritas Korban Gempa Lombok.
Acara juga disemarakan dengan penampilan musik, puisi, treatikal, pemutaran video dari sutradara Erick Est. Performing Art diantaranya dari Anda Perdana, Gede X-Faktor, Putu Indah Kids Voice Indonesia, Talijagat Kampung Puisi, Teater Kantor Jakarta, Teater Orok, Kelompok Sekali Pentas, Hartanto, Wayan Jengki, dan sejumlah grup band lainnya.
Ada pula peluncuran kumpulan cerpen Perempuan Dalam Bingkai dan single album Di Ujung Senja karya Grace Jeanie. Hasil penjualan buku malam itu pun disumbangkan penuh untuk korban Lombok.
Komunitas Warung Mertua Sapto Pamungkas lega melalui karya masakannya laku. “Karya dari kami, ya, masakan, karena kami ingin berpartisipasi dalam pelelangan. Rasanya memang lebih bahagia jika bisa memberi dan berbagi tak hanya memberikan uang untuk sumbangan tetapi juga ada rasa berbagi rasa dengan yang lain melalui masakan,” kata Sapto. Ia pun bersama komunitasnya juga merelakan tips-tips mereka dari para penggemar masakannya yang terkumpul untuk disumbangkan.
Koordinator Art of Humanity Solidaritas Bali untuk Lombok Robi Gamar mengatakan aksi ini wujud solidaritas seniman yang juga ingin berbagi karya dan tetap berempati dengan korban gempa Lombok. "Sumbangan seluruh partisipasi dari hasil lelang untuk Lombok. kami ingin Lombok tetap bersemangat dan membangun kembali," katanya.
Ia pun mengantar sendiri segala sumbangan yang terkumpul selama dua minggu sebelum acara lelang. Sebanyak empat truk sedang berangkat.
Sesampainya di Lombok, sumbangan segera didistribusikan ke Lombok utara dan selatan. Beberapa tempat pengungsian seperti di Kampung Bali baru sekali mendapatkan sentuhan logistik dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa tendon tangki air. Menurut Robi yang lokasi itu salah satu dari beberapa lokasi yang aksesnya masih sulit dijangkau. “Distribusi bantuan saja, kami memerlukan empat hari. Ya bagaimana lagi, beberapa akses jalan memang rusak terdampak gempa,” ujar Robi.
Acara solidaritas Bali untuk Lombok dan Palu ini diapresiasi Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) yang juga Koordinator Pos Pendamping Nasional (Pospenas) Gempa Lombok dan Pospenas Gempa-Tsunami Palu B Wisnu Widjaja.
"Aksi solidaritas ini berarti bagi para korban di Lombok dan Palu karena membantu menyemangati agar kembali membangun. Apalagi pengemasan penggalangan donasinya begitu kreatif. Smoga menginspirasi bagi Lombok dan Palu yang harus kembali bersemangat membangun terutama prioritas memperbaiki infrastruktur," kata Wisnu.
Ayo...foto bersama. Jangan lupa bawa karya lukis keramiknya, ya. Dan terimakasih partisipasi donasinya," kata Puri bersama Mia.