Jelajahi Kekunoan dengan Cara Kekinian
JAKARTA, KOMPAS — Mengajak generasi milenial untuk berkunjung ke museum bukanlah hal yang mudah. Perlu ada upaya-upaya yang bersifat kekinian agar kaum milenial mau melirik tempat yang kerap diasosiasikan dengan kekunoan itu.
Hal tersebut diujarkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Asiantoro. ”Menarik masyarakat mau untuk datang ke museum itu merupakan tantangan bagi sumber daya manusia di museum. Mereka harus terus mengikuti perkembangan zaman agar museum dilirik,” kata Asiantoro saat dihubungi, Minggu (21/10/2018).
Pada peringatan Hari Museum Nasional 2018 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta mengadakan rangkaian acara yang terdiri dari peluncuran buku Museum-Galeri-Monumen (Mugalemon), lomba melukis dengan media kopi, lomba seni manusia karakter, dialog, bincang-bincang, jelajah museum, dan kegiatan lainnya. Rangkaian acara berlangsung pada 19-21 Oktober 2018.
Mengangkat tema ”Museum Kebanggan Milenial”, acara ini diikuti oleh mayoritas generasi milenial. Seperti jelajah museum yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan Asosiasi Museum Indonesia Jakarta Minggu siang hingga sore di kawasan Kota Tua, Jakarta Utara.
Acara itu diikuti 14 regu yang berasal dari perwakilan tiap-tiap kota administrasi di DKI Jakarta. Mayoritas dari mereka adalah pelajar setingkat sekolah menengah atas. Dalam kegiatan itu, semua ponsel milik peserta dikumpulkan panitia. Peserta dilarang mengoperasikan ponsel selama acara berlangsung.
Pada babak pertama kegiatan jelajah museum, para peserta diminta menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan sejarah Jakarta. Regu yang paling cepat menyelesaikan soal adalah yang mendapatkan giliran lebih dulu untuk berangkat menjelajah. Museum yang mereka jelajahi dalam babak pertama adalah Museum Keramik dan Seni Rupa, Museum Wayang, dan Museum Fatahillah.
Dalam penjelajahan itu, para peserta kembali diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan museum yang mereka tuju dengan cepat dan tepat. Setelah berhasil menyelesaikan semua soal di semua museum, mereka kembali ke selasar Museum Keramik dan Seni Rupa untuk beristirahat.
Dari total 14 regu yang bertanding pada babak ini, diambil delapan regu yang paling cepat dan tepat menjawab semua soal untuk maju ke babak final. Dalam babak final tersebut, tantangan bertambah. Selain mengerjakan soal bertalian dengan Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia, para peserta juga harus menyelesaikan permainan kelompok. Dari delapan regu yang bertanding, hanya ada lima regu yang akan mendapatkan hadiah sebagai pemenang peringkat ke-1, peringkat ke-2, peringkat ke-3, juara harapan 1 dan juara harapan 2.
Kepala Bidang Nilai Budaya dan Sejarah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Karnedi mengatakan, acara ini memang menyasar kaum milenial. ”Museum itu ke depannya milik mereka (milenial). Penting bagi mereka untuk mencintai museum dan mau datang ke museum,” kata Karnedi.
Karnedi juga menambahkan, kegiatan ini bentuk penyadaran kepada generasi milenial bahwa museum itu penting. ”Generasi milenial kita perlu diberi tahu, kalau mau maju, kita juga butuh untuk melihat posisi sebelumnya atau sejarahnya,” ucap Karnedi.
Kegiatan ini, menurut Karnedi, digunakan sebagai momentum untuk mengevaluasi museum. Ia mengatakan, upaya untuk melestarikan peninggalan sejarah tidak cukup hanya dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Hal itu tentu menjadi tanggung jawab semua pihak.
Menurut pemaparan Karnedi, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah bekerja sama dengan beberapa kementerian dan lembaga agar jumlah kunjungan ke museum bertambah. ”Kami sudah kerja sama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Kementerian Dalam Negeri agar mereka mengimbau instansi-instansi di bawah mereka untuk melaksanakan kegiatan wajib kunjung museum,” tutur Karnedi.
Karnedi berharap ke depan akan ada improvisasi dan inovasi di bidang museum. Ia berharap museum bisa ”menjual” kekunoannya itu dengan cara yang kekinian.
”Museum ini kuno. Bagaimana agar milenial tetap ke sini? Kita berikan acara kekinian biar mereka ke sini,” ujarnya. Karnedi membayangkan, ke depan museum akan menjadi tempat yang bisa tetap menjaga kekunoan dan keasliannya, tetapi juga menarik bagi kaum milenial.
”Misalnya kita bisa tambahkan dekorasi yang unik dan menarik di depan museum. Milenial, kan, suka yang unik-unik begitu. Setelah itu, mereka pasti akan tertarik untuk melihat ke dalam museum,” katanya.
Peserta antusias
Salah satu peserta jelajah museum, Annisa Amalia (16), mengatakan, dirinya sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Pasalnya, ini pertama kali bagi Annisa datang ke Museum Seni Rupa dan Keramik. ”Saya baru pertama kali ke museum ini, penasaran ingin lihat apa saja yang ada di dalamnya,” kata siswa kelas XI SMA Negeri 23 Jakarta itu.
Annisa dan ketujuh temannya menyatakan bahwa mereka mengajukan diri untuk bisa ikut dalam kegiatan jelajah museum ini. ”Sengaja, biar hari Minggu-nya berfaedah. Biasanya kalau libur cuma main ponsel kerjanya,” ucap Annisa.
Hal serupa juga dikatakan peserta lain, Dyah Mitha Rosdiana (16). Ia mengatakan bahwa dirinya baru berkunjung ke museum-museum yang berada di kawasan Kota Tua karena kegiatan ini. ”Sebelumnya tidak pernah sempat ke museum karena di sekolah ikut banyak kegiatan,” kata Dyah, siswi kelas XI Yasasan Perguruan Islam Al Khairiyah, Koja, Jakarta Utara.
Menurut Dyah, museum adalah tempat yang cocok dikunjungi untuk belajar tentang sejarah. Melalui kegiatan ini, stigma bahwa museum itu kuno perlahan mulai luntur. ”Ternyata di museum itu asyik. Kita bisa belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan,” ucap Dyah. (KRISTI DWI UTAMI)