Sayembara menghimpun 1.135 karya tulis dari peserta yang beraneka latar belakang. Mereka antara lain pegiat literasi di akar rumput, guru, hingga pegawai negeri sipil. Sebuah cerminan antusiasme publik memacu literasi.
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memberi anugerah kepada 129 penulis yang telah menerbitkan 140 karya tulis. Rencananya, karya tersebut akan dikumpulkan dan diterbitkan sebagai bacaan yang layak anak.
Pemberian anugerah tersebut sekaligus mengakhiri Pertemuan Penulis Bahan Bacaan Literasi Baca-Tulis Tahap II di Jakarta, Jumat (19/10/2018). "Karya tulis ini akan dipromosikan sebagai bahan bacaan untuk para ssiwa sebagai bagian dari program peningkatan kemampuan literasi bangsa," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Dadang Sunendar.
Ia menjelaskan, pada bulan Januari 2018 BPPB mengadakan sayembara yang bisa diikuti seluruh lapisan masayarakat untuk membuat karya tulis. Temanya antara lain adalah cerita anak fiksi, bacaan anak non fiksi, tulisan tentang perubahan lanskap masyarakat di pedesaan maupun perkotaan, inspirasi dari tokoh masyarakat lokal maupun nasional, ragam kuliner Nusantara, arsitektur tradisional dan modern, serta tulisan mengenai bahasa daerah.
Sayembara itu berhasil mengumpulkan 1.135 karya yang kemudian diseleksi oleh panitia BPPB. Akhirnya terpilih 140 karya dari 129 penulis yang layak untuk dijadikan sebagai bahan bacaan layak anak. Para penulisnya merupakan pegiat literasi di akar rumput, guru, hingga pegawai negeri sipil.
"Karya-karya tersebut sudah dievaluasi dan dikoreksi oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memastikan penulisannya memenuhi standar nasional," ujar Dadang.
Ia mengatakan, akhir tahun 2018 BPPB menargetkan menerbitkan 546 judul buku anak. Sebelumnya, mereka sudah menerbitka 137 judul di tahun 2017 dan165 judul buku di tahun 2016. Bahkan, Kementerian Sekretariat Negara meminta 28 judul buku untuk diterbitkan sebanyak 40.000 eksemplar dan akan disebar ke seluruh Indonesia.
Kompetensi guru
Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan, kurikulum mengarah kepada peningkatan kemampuan literasi siswa. "Permasalahannya, masih ada guru yang tidak terbiasa membaca dan menulis. Ini lingkaran setan yang menjadikan pendidikan literasi tidak berjalan optimal," tuturnya.
Menurut dia, pemerintah membantu dengan mengadakan bahan bacaan yang bermanfaat serta melakukan pendampingan peningkatan kapasitas guru dalam penguasaan literasi. Selain itu, juga mengadvokasi agar guru maupun anggota masyarakat lain rajin menulis.
"Salah satu aspek yang harus diperhatikan ialah target usia pembaca. Sejauh ini, teks untuk anak SD misalnya, masih dipenuhi oleh kalimat-kalimat yang terlalu panjang dan istilah-istilah rumit. Penulis harap memikirkan betul bentuk penceritaan yang cocok untuk target pembaca sesuai kelompok usia mereka," kata Muhadjir.
Salah satu penerima penghargaan, Siti Rahma, mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk melakukan riset terkait topik penulisan. Ia menulis cerita anak berjudul Kain Kulit Kayu Dei yang mengangkat topik pakaian adat masyarakat Kulawi di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Pakaian tradisional mereka terbuat dari kulit kayu, akan tetapi pemakaiannya berkurang karena masyarakat memilih tekstil modern.