Washington, Rabu – Beijing disebutkan bersiap memperbaiki interaksi militer mereka dengan Washington. Seorang pejabat pertahanan AS, Randall Schriver, Rabu (17/10/2018) mengatakan, upaya perbaikan itu ditandai dengan adanya rencana pertemuan antara Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dengan mitranya, Menteri Pertahanan China Jenderal Wei Fenghe di Singapura, Kamis ini.
Sebelumnya, mereka pernah diagendakan untuk bertemu di Beijing, China. Namun pertemuan yang sedianya dihelat pekan lalu itu gagal terwujud karena Beijing menolaknya. China dikabarkan marah terhadap AS karena Washington menjatuhkan sanksi atas Beijing yang memutuskan membeli pesawat tempur dan rudal dari Rusia.
Kemarahan Beijing juga diwujudkan dengan penolakan kunjungan kapal perang AS ke Hong Kong dan membatalkan pertemuan antara Kepala Staf Angkatan Laut China dan mitranya dari AS. Namun, dengan agenda pertemuan antara Mattis dan Wei Fenghe di Singapura, Schriver melihat interaksi militer kedua negara bakal membaik.
Pertemuan itu digelar di sela-sela pertemuan menteri pertahanan negara-negara anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN). "Saya pikir fakta bahwa (Mattis) bertemu dengan Menteri Wei adalah beberapa bukti bahwa China tertarik untuk menjaga hal-hal normal dan stabil - seperti juga kita," kata Schriver kepada wartawan yang mengiringi lawatan Mattis.
"Apa yang kami dengar dalam dialog kami adalah, China tertarik memiliki hubungan militer yang merupakan kekuatan stabil dalam hubungan secara keseluruhan," kata Schriver menambahkan.
Sebagaimana diketahui, selain isu pembelian senjata, relasi militer antara China dan AS kerap diwarnai ketegangan, terutama terkait kehadiran kedua negara di wilayah Laut China Selatan. Beijing yang mengklaim wilayah itu sebagai wilayah kedaulatan mereka, kerap bersemuka dengan AS yang mengirim armada atau kapal perang mereka ke Laut China Selatan untuk memastikan kebebasan navigasi di wilayah perairan internasional itu.
Schriver mengatakan, Mattis akan mendorong negara-negara lain di kawasan itu untuk menegaskan kehadirannya di wilayah yang diklaim Beijing. "Pesan kami tidak akan ada satu negara pun yang dapat mengubah hukum internasional, norma internasional," katanya.