Warga Harapkan Moda Transportasi Lebih Aman dan Nyaman
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Warga pelaju di sekitar Jakarta mengharapkan moda transportasi yang lebih menjamin keamanan dan kenyamanan selama berangkat ke tempat kerja. Kedua aspek itu juga menjadi kunci dalam meningkatkan minat warga agar beralih menggunakan transportasi umum.
Bondan Banowati (47), yang terbiasa menunggu bus di perhentian sebelum area pintu tol Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (17/10/2018), mengeluhkan antrean di dalam bus yang penuh sesak setiap berangkat menuju kantornya di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat.
Bondan yang telah bekerja di Jakarta Pusat selama hampir 25 tahun, akhir-akhir ini beralih menggunakan bus Transjabodetabek Premium dengan trayek Cileungsi-Pasar Baru untuk menuju ke kantornya.
"Saya baru beralih sekitar 2 bulan terakhir, alasan utamanya karena tidak tahan berdesakan dengan pelaju lain," kata Bondan saat berada di dalam bus.
Pantauan Kompas di area sebelum pintu tol Cibubur, merupakan salah satu wilayah yang sering diakses pelaju dengan transportasi umum. Terutama di seberang pusat perbelanjaan Cibubur Junction, terdapat satu-satunya halte bus Transjakarta yang menyambungkan para pelaju menuju halte Cawang UKI di Jakarta Pusat.
Setiap kedatangan bus Transjakarta di halte itu disambut oleh pelaju tiap sepuluh menit sekali. Meskipun bus penuh sesak, Pengamat Transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai hal itu juga menjadi tanda bahwa minat warga terhadap transportasi publik meningkat.
Djoko menilai, ruang yang penuh sesak di transportasi umum adalah risiko dari wilayah dengan jumlah pelaju dominan. Justru kedatangan mereka merupakan hal yang mestinya lebih diantisipasi, dari segi keamanan dan kenyamanannya.
"Kalau memang ingin meningkatkan minat pengguna transportasi, tidak ada jalan lain selain tingkatkan kualitas modanya. Bagaimana caranya mereka jadi merasa aman," tutur Djoko.
Ia menjelaskan, ada perbedaan orientasi moda transportasi saat ini yang terkesan tidak menjemput keberadaan penggunanya. Keberadaan bus Transjabodetabek Premium November lalu oleh Badan Pengelola Transportasi Jakarta serta Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD) dinilai Djoko sebagai usaha untuk menjemput pengguna.
Keberadaan dua trayek baru di kawasan Cileungsi, yaitu Cileungsi-Lippo Mall Kemang Village, serta Cileungsi-Pasar Baru, menarik sejumlah pengguna transportasi selama dua bulan terakhir.
Eti Rohmawati (48), yang berkantor di Kementerian Keuangan, Sawah Besar, Jakarta Pusat, terbiasa menunggu bus itu di kompleks perumahan Metland Cileungsi, Kabupaten Bogor, sejak pukul lima pagi.
Eti memilih bus Transjabodetabek karena dapat menghindari antrean penumpang dan jadwal keberangkatan yang lebih jelas melalui pemberitahuan media sosial whatsapp. Padahal, tempat ia biasanya turun dari bus tersebut di Tugu Tani, masih berjarak sekitar 2,4 kilometer dari letak kantornya.
"Itu masih lebih cepat daripada naik mobil sendiri. Saya berangkat pukul setengah lima pun masih mepet," tutur Eti.
Penumpang bus lainnya, Ferico (52), tidak merasa keberatan menggunakan transportasi umum setiap hari ke kantornya di Salemba, Jakarta Pusat. Ia yang terbiasa mengendarai sepeda motor pribadi, cukup melelahkan dan lebih mengurangi stamina kerja saat sampai di kantor.
Sopir bus Transjabodetabek Premium, Mustafa Kamal, mengatakan operasional moda tersebut baru aktif setidaknya dua bulan terakhir. Mereka yang pernah naik moda ini, diundang dalam satu grup media komunikasi whatsapp. Dari anggotanya yang mencapai 154 pengguna khusus untuk trayek Cileungsi-Pasar Baru, sopir membagikan informasi keberangkatan bus.
"Tiap pagi, kadang saya bagikan posisi lokasi bus yang bergerak secara langsung melalui whatsapp, jadi pengguna bisa melihat langsung dan dapat memberitahu di grup komunikasi bila ingin ditunggui," ujar Mustafa.
Jakarta yang dinilai indeks kelayakan huninya berada pada angka 62 persen (Kompas, 1/2/2018) lebih rendah dari Palembang dan Solo. Dari 29 aspek yang menjadi pertimbangan layak huni, Djoko menilai bahwa poin tentang kelengkapan sarana dan prasarana kota dapat dibenahi dari penataan transportasi yang lebih baik. (ADITYA DIVERANTA)