JAKARTA, KOMPAS — Setelah penembakan salah sasaran ke dua ruang kerja anggota DPR, Senin (15/10/2018), bekas tembakan ditemukan di tiga ruang kerja anggota DPR lainnya, Rabu (16/10/2018). Polisi melakukan uji balistik proyektil peluru yang terakhir ditemukan guna melihat sama atau tidak peluru itu dengan sebelumnya. Uji balistik juga untuk memastikan lima tembakan berasal dari Lapangan Tembak Senayan.
Tembakan salah sasaran pada Senin lalu menimpa ruang kerja dua anggota DPR di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta. Kedua ruang kerja dimaksud adalah ruang kerja milik Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Bambang Heri Purnomo dan Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Wenny Warouw.
Selanjutnya, Rabu, petugas pengamanan DPR menerima informasi adanya bekas tembakan di tiga ruang kerja anggota DPR, di gedung yang sama, yaitu Nusantara I. Dari ketiganya, dua diantaranya merupakan ruang kerja Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, yaitu Vivi Sumantri Jayabaya, di ruang 1008, di lantai 10, dan Khatibul Umam Wiranu di ruang 915, di lantai 9. Satu lagi adalah ruang kerja Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional Totok Daryanto, di ruang 2003, di lantai 20.
Dari informasi yang dihimpun oleh Kompas, bekas tembakan di ruangan Vivi, meninggalkan lubang di dinding kemudian terlihat pula lubang di lemari. Di ruang Khatibul, tembakan juga menembus dinding, lemari, kemudian berakhir di plafon ruang. Adapun di ruang Totok, bekas tembakan menyebabkan kaca jendela retak.
Staf dari Vivi, Kartika, mengatakan saat kejadian penembakan salah sasaran, Senin, ruangan Vivi kosong. Vivi dan seluruh stafnya sedang bertugas di daerah pemilihan Vivi. Kartika baru mengetahui lubang itu, Selasa (16/10). Dia pun mencurigai lubang itu karena penembakan. Dia lantas menyampaikannya ke Vivi tetapi Vivi tidak mempercayainya.
Baru saat petugas pamdal DPR melakukan pengecekan rutin di lantai 10, Rabu pagi, Kartika melaporkannya ke petugas pamdal. Petugas menceknya, dan langsung melaporkannya ke polisi.
“Jadi saya tidak tahu persis kapan penembakan itu terjadi. Tahu-tahu, pada Selasa, saat saya berada di ruangan, sudah melihat ada lubang-lubang tersebut,” ujar Vivi.
Hal yang sama di ruang kerja Khatibul dan Totok. Bekas tembakan baru diketahui Khatibul ataupun staf dari Totok, pada Rabu (17/10). Pada kejadian penembakan, Senin, kedua ruangan itu juga kosong. Begitu pula keesokan harinya, Selasa.
Mendapatkan laporan itu, polisi langsung mengecek ketiga ruang kerja anggota DPR, dan menemukan proyektil peluru di ruang kerja Vivi. Menurut Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Roma Hutajulu, berdasarkan pengecekan sementara oleh tim Puslabfor, proyektil peluru itu berukuran sama dengan proyektil yang ditemukan dari dua ruang kerja anggota DPR yang terkena penembakan salah sasaran, Senin lalu, yaitu 9 milimeter.
“Namun sekalipun pelurunya sama 9 milimeter, tetapi untuk mengetahui apakah identik atau tidak proyektil peluru ini dengan proyektil yang ditemukan Senin lalu, kita akan lakukan scientific investigation, uji balistik,” jelasnya.
Hanya yang pasti menurutnya, kegiatan menembak di Lapangan Tembak Senayan telah ditutup sejak kejadian, Senin.
Uji balistik juga sekaligus bisa memastikan lima tembakan ke Gedung DPR, sampai yang terjauh ke lantai 20, memang berasal dari Lapangan Tembak Senayan. “Ini tim puslabfor masih bekerja, menyelidiki, kemudian lantai per lantai juga akan diperiksa secara intensif supaya nanti bisa lengkap data dan fakta yang dikumpulkan. Nanti hasilnya tentu akan disampaikan,” katanya.
Ditanyakan berapa banyak tembakan salah sasaran ditembakkan oleh pelaku, Roma mengatakan hal itu sedang didalami oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Polisi, dia menekankan, bekerja dengan basis penyelidikan ilmiah dalam menyelidiki penembakan ke gedung DPR. “Kalau sudah berdasarkan scientific investigation, kita tahu itu (hasil penyelidikannya) sudah tak terbantahkan,” tambahnya.
Keraguan
Roma menyampaikan hal ini guna menjawab keraguan yang muncul bahwa penembakan ke gedung DPR merupakan penembakan salah sasaran. Ini seperti diungkapkan Wenny Warouw. Wenny masih meragukan tembakan ke ruang kerjanya, dan ruang kerja sejumlah anggota DPR lainnya, akibat dari penembakan salah sasaran.
Salah satunya, karena dari hasil pemantauannya ke Lapangan Tembak Senayan, di sekitar area tembak reaksi atau tempat pelaku penembak salah sasaran berada, Senin, sudah ada penghalang.
“Ada tanggul kira-kira dua meter, ada lagi seng baja lima meter, baru ada pohon-pohon, kok peluru bisa nembus?” tanyanya.
Tak hanya itu, jika disebut pelaku menggunakan senjata Glock 17, purnawirawan polisi berpangkat brigadir jenderal ini, menyebut senjata tersebut, jarak jangkaunya terbatas, sulit untuk bisa sampai ke Gedung Nusantara I. “Saya juga memiliki Glock 17, jarak efektifnya hanya 50 meter, paling jauh 350 meter, itu pun sudah belok kalau ada angin,” katanya.
Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Zainudin Amali mengatakan pihaknya berencana memanggil pihak Sekretariat Negara, pengelola Gelola Bung Karno, dan Perbakin sebagai pengelola Lapangan Tembak Senayan untuk mencegah peristiwa penembakan terulang.
“Kami akan mengkaji dan mengevaluasi keberadaan lapangan tembak yang berada di tengah pemukiman, tempat parlemen bekerja, sekolah, dan hotel,” katanya.