UNRWA Petik Manfaat Indonesia di DK PBB dalam Penggalangan Dana Palestina
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Suasana pertemuan perwakilan Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA) dan Kementerian Luar Negeri dengan Filantrop Indonesia Dato’ Sri Tahir di Jakarta, Senin (15/10/2018).
JAKARTA, KOMPAS — Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA) mulai melakukan diversifikasi sumber bantuan pendanaan bagi pengungsi Palestina yang berada di wilayah Timur Tengah setelah Amerika Serikat memangkas donasi secara besar-besaran. Salah satu sumber pendanaan baru itu diharapkan berasal dari para filantrop.
Pada awal 2018, UNRWA mengalami defisit 446 juta dollar AS. Sebagian besar defisit dana itu merupakan akibat penghentian dana bantuan sekitar 300 juta dollar AS dari AS. Berkat penggalangan dana melalui berbagai kampanye yang dilakukan secara konsisten, defisit bisa diturunkan menjadi 60 juta dollar AS pada September 2018.
Direktur Perencanaan UNRWA Abdi Aynte seusai pertemuan dengan filantrop Indonesia Dato’ Sri Tahir di Jakarta, Senin (15/10/2018), mengatakan, defisit anggaran pada tahun ini diyakini dapat diatasi. ”Tantangannya adalah alokasi anggaran tahun 2019 sehingga kami harus menemukan sumber pendanaan alternatif,” ucapnya.
Kampanye UNRWA diharapkan akan berjalan lancar karena Indonesia akan menjabat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) selama 2019-2020. Indonesia adalah sahabat Palestina.
Dana yang terkumpul digunakan di sektor pendidikan dan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan UNRWA adalah mengajak negara lain menjadi donatur tetap. UNRWA telah menerima bantuan dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait masing-masing sebesar 50 juta dollar AS. Kontribusi ini diharapkan akan menjadi agenda tahunan dari empat negara ini.
Selain itu, kampanye UNRWA diharapkan akan berjalan lancar karena Indonesia akan menjabat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) selama 2019-2020. Jabatan ini dapat membantu proses penggalangan dana bagi para pengungsi mengingat Indonesia adalah sahabat Palestina.
Terdapat lebih dari lima juta pengungsi di Jordania, terbesar di kawasan Timur Tengah. Mereka ditangani oleh Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), UNRWA, dan Pemerintah Jordania. Setengah dari pengungsi di negara itu merupakan warga Palestina, kemudian diikuti pengungsi dari Suriah, Irak, Yaman, dan lainnya.
KOMPAS/MYRNA RATNA
Tim dari Indonesia, antara lain Sri Dato Tahir (berdiri, keempat dari kanan), Dubes RI untuk Jordania dan Palestina Teguh Wardoyo (berdiri, kelima dari kanan), dan para pengusaha Indonesia bertanding dengan tim pengungsi (bawah) di Kamp Pengungsi Azraq, Jordania, 27 Oktober 2016.
Dari total jumlah pengungsi yang ada, 525.000 anak masih bersekolah dan tiga juta lainnya membutuhkan akses ke fasilitas kesehatan.
Donasi filantrop
Direktur Kerja Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Achsanul Habib menyampaikan, Pemerintah Indonesia secara konsisten mendukung Palestina secara politik dan sosial dari merdeka hingga sekarang.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Pendiri Tahir Foundation Dato’ Sri Tahir
Salah satu bentuk dukungan itu ialah dengan mengadakan Pekan Solidaritas Indonesia untuk Palestina (Indonesian Solidarity Week for Palestine) pada 13-17 Oktober 2018. Termasuk dalam agenda tersebut, yaitu pemberian bantuan dana sebesar Rp 20 miliar oleh Dato’ Sri Tahir yang juga Pendiri Tahir Foundation.
Bantuan pendanaan tersebut menjadi kerja sama resmi pertama antara pemerintah dan filantrop. Menurut Achsanul, bantuan dari para filantrop akan menunjukkan kepada dunia bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia turut menjadi komitmen dari rakyat.
Tahir berharap, bantuan tersebut dapat dirasakan langsung oleh para pengungsi Palestina. Mereka telah tinggal di kamp pengungsi selama puluhan tahun.
”Kita semua punya tanggung jawab sebagai warga dunia untuk membantu mereka,” katanya. Oleh karena itu, penggunaan dana akan ditujukan pada program yang berkelanjutan.
Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia Muammar Milhim menyatakan, pihaknya berterima kasih atas komitmen Indonesia untuk terus mendukung Palestina. Apalagi, dukungan tetap diberikan meski Indonesia juga sedang mengalami bencana alam di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah.
Duta Besar Indonesia untuk Jordania dan Palestina Andy Rachmianto menambahkan, koordinasi juga telah dilakukan kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), universitas-universitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan Pramuka untuk membantu Palestina. ”Kalau ditotal jumlahnya cukup signifikan,” katanya.