Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia Digalakkan
Ada 32 tempat uji kemahiran berbahasa Indonesia yang resmi. Tempat itu adalah 30 balai/kantor bahasa daerah dan dua badan bahasa di Jakarta dan Bogor.
JAKARTA, KOMPAS — Kemahiran berbahasa Indonesia bagi penutur bahasa Indonesia, baik penutur jati maupun penutur asing, dapat diuji lewat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia atau UKBI. Kemahiran berbahasa Indonesia penutur jati atau warga negara Indonesia hingga saat ini masih didominasi di level madya ke bawah sekitar 66 persen.
Di level ini, masyarakat masih terkendala berkomunikasi dalam bahasa Indonesia untuk kebutuhan yang terkait keprofesian dan ilmiah yang kompleks.
Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia sudah ditetapkan pula level peringkat yang harus dipenuhi sesuai profesi. Termasuk pula ketentuan soal level kemampuan berbahasa Indonesia warga negara asing yang belajar atau bekerja di Indonesia. Namun, dari hasil UKBI kurun waktu 2005 - 2017 yang diikuti 37.893 peserta (termasuk di dalamnya 1.158 penutur asing), kemahiran berbahas Indonesia secara umum masih di bawah level yang diharapkan.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, Dadang Sunendar, di Jakarta, Senin (15/10/2018), mengatakan salah satu standar yang dikembangkan Badan Bahasa yakni standar kemahiran berbahasa Indonesia. Standar UKBI ini sebenarnya sudah ada pada tahun 2003. Namun acuan yang dirasa lebih sempurna ditetapkan pada 2016.
Ada tujuh level kemahiran yang ditetapkan, dari yang terendah yakni terbatas, marginal, semenjana, dan madya. Lalu meningkat ke level unggul, sangat unggul, dan istimewa. Dari data UKBI penutur jati 2005-2017, hanya 6,5 persen peserta yang mencapai level sangat unggul dan unggul 27 persen. Di level ini, kemampuan berbahasa Indonesia tidak terkendala untuk berkomunikasi secara keprofesian dan ilmiah yang kompleks.
"Bahasa Indonesia ini relatif muda jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnya bahasa inggris. Alat uji kemahiran terus dikembangkan sehingga bisa mengukur kemahiran berbahasa Indonesia untuk penutur jati dan asing. Saat ini, masih penutur jati yang banyak mengambil tes UKBI meskipun tidak diwajibkan," ujar Dadang.
Adapun bagi warga negara asing yang bekerja di Indonesia, ujar Dadang, sebenarnya harus difasilitasi ikut pendidikan dan pelatihan bahasa Indonasia. Kewajiban itu menjadi tanggung jawab perusahaan atau pemberi kerja warga negara asing. "Untuk pengujian yang resmi, ya lewat UKBi di tempat tws UKBI yang sudah ditetapkan Badan Bahasa," kata Dadang.
Peserta UKBI akan diukur kemahirannya dalam mendengarkan, membaca, menukis, dan berbicara, serta respons terhadap penggunaan kaidah bahasa Indonesia. Ada 32 tempat UKBI yang resmi yakni 30 balai/kantor bahasa daerah, serta dua lagi di Badan Bahasa di Jakarta dan Sentul, Bogor.
Guru Bahasa Indonesia SMAN 5 Bandung Jajang Priatna mengatakan sudah tiga tahun mengikutkan siswa ikut tes UKBI dalam kaitan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil kemahiran siswa SMA umumnya semenjana. Padahal, sesuai acuan, siswa SMA/setara di level madya.
Menurut Dadang, tes UKBI terus disosialisasikan di dunia pendidikan dan kerja. Sejumlah instansi pemerintah dan swasta, serta institusi pendidikan ada yang mulai mewajibkan UKBI. Ada yang dipakai sebagai syarat kenaikan jabatan, rekrutmen karyawan baru, maupun kelulusan.
"Kami berharap UKBI ini bisa dipakai untuk banyak tujuan. Yang kami sasar antara lain untuk rekrutmen aparatur sipil negara dan seleksi beasiswa dari pemerintah. Dengan demikian, tes UKBI ini bisa jadi acuan dalam mengukur standar kemahiran berbahasa Indonesia untuk beragam tujuan," kata Dadang.
Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dewi Nastiti, mengatakan dari hasil UKBI untuk penutur asing terlihat untuk kemahiran akademis nampak tidak sulit. Hal ini bisa dikaitkan dengan standar/budaya membaca yang bagus.
"Namun, kebanyakan merasa sulit menggunakan bahasa Indonesia untuk sosial akibat belum paham sosial budaya masyarakat Indonesia yang beragam.
Sebaliknya, ujar Dewi, bagi penutur jati, terlihat untuk kemampuan mengaplikasikan belum seperti diharapkan. Terlihat belum mampu mensintesiskan, belum bisa membuat simpulan dari bacaan.
Dewi mengatakan perbedaan mendasar antara UKBI dan Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yakni UKBI untuk mengetes kemahiran, bukan kemampuan berbahasa. Peserta yang ikut tes berbayar ini mendapat sertifikat sesuai peringkat kemahiran yang berlaku selama dua tahun
Saat ini sedang dikembangkan UKBI daring sehingga semakin midah diikutu peserta dalam dan luar negeri.
Koordinator UKBI Induk , Ahmad Choironi, mengatakan keikutsertaan individu dan instasi tes UKBI terus meningkat. Lembaga yang ikut juga semakin beragam dan berganti. Selain ikut UKBI di tempat tes yang sudah ditemtukan, bisa juga dilaksanakan di tempat sendiri jika sebelumnya mengajukan ke tempat tes UKBI di daerah masing-masing. (DNE)