MALANG, KOMPAS – Inovasi di desa-desa di Kabupaten Malang, Jawa Timur, terus tumbuh. Hal itu terjadi salah satunya karena ada proses replikasi inovasi.
Hal itu tampak dalam kegiatan Bursa Inovasi Desa Kabupaten Malang 2018, Senin (15/10/2018). Dalam bursa inovasi desa itu jumlah inovasi yang diikutsertakan meningkat 2 kali lipat dari tahun lalu. Tahun 2017 jumlah inovasi desa ada 28 macam dan berasal dari 33 kecamatan. Adapun pada tahun 2018 jumlah inovasi terdokumentasi ada 62 inovasi dari total 33 kecamatan di Kabupaten Malang.
Kualitas inovasi desanya pun berkembang. Pemerintah desa tidak membuat inovasi sembarangan, namun rata-rata berbasis pada potensi lokal desa, dan tetap mempertimbangkan sinergitas dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Malang. Arah kebijakan pemerintah Kabupaten Malang di antaranya adalah pengembangan bidang lingkungan, ekonomi, dan sumber daya manusia.
Tahun ini tampak muncul beberapa inovasi desa berbasis wisata desa seperti Wisata Taman Pinus Bendosari Pujon, Museum Bambu Desa Wisata Boon Pring Arboretum Turen, dan Wisata Embung Cempaka Desa Sumberpasir Pakis.
Inovasi desa berbasis wisata tersebut sedikit banyak mencoba mereplikasi kesuksesan Desa Pujon Kidul dalam membuat Cafe Sawah, di mana berhasil menyulap lahan tidur menjadi tempat wisata dengan pendapatan lebih dari Rp 100 juta setahun.
“Inovasi desa diharapkan memang bersumber dari potensi desanya. Jangan terlalu berharap pada hal-hal yang jauh dari desa, karena nanti tidak akan berkesinambungan. Jika bersumber dari desa, maka harapannya bisa benar-benar bertahan dan berkembang, serta memajukan desa tersebut,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang Tomie Herwanto.
Tomie berharap, inovasi nantinya bisa diselaraskan dengan kebijakan Pemkab Malang. “Inovasi kita munculkan dari desa dan potensi desanya, karena ujung pembangunan adalah di tingkat dasar. Pembangunan di desa ini nantinya akan menjadi dasar pijakan mendesain perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten. Itu sebabnya, harapannya pembangunan di desa dan kabupaten bisa selaras,” katanya.
Untuk Kabupaten Malang, hingga tahun 2021, Tomie mengatakan Pemkab Malang memiliki tiga strategi utama pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan, lingkungan, dan pembangunan ekonomi.
Berkesinambungan
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Malang Suwadji mengatakan bahwa hal terpenting dari kegiatan bursa inovasi desa bukanlah gebyar kegiatannya, namun kesinambungannya pada tahun-tahun berikutnya. “Jangan sampai inovasi ini hilang dan berhenti di tengah jalan. Itu sebabnya, butuh penggerak atau pendamping desa yang bisa mendorong kemauan dan semangat di desa,” kata Suwadji.
Selain memamerkan puluhan inovasi desa, pada bursa inovasi desa tersebut para perangkat desa saling berkonsultasi serta membuat komitmen replikasi atas inovasi yang dinilai sesuai dengan kondisi di desanya masing-masing. “Pada bursa kali ini terekam ada 122 komitmen replikasi. Selain itu juga muncul 73 ide baru yang dimungkinkan dikembangkan menjadi inovasi di desa-desa di Kabupaten Malang,” kata Faizal, tenaga ahli bidang teknologi tepat guna Kabupaten Malang yang merupakan panitia Bursa Inovasi Desa Kabupaten Malang 2018.
Setelah membuat komitmen, biasanya desa yang tertarik untuk membuat replikasi inovasi, akan mendapat pendampingan oleh tim inovasi kabupaten (TIK). Pendamping akan mengarahkan agar komitmen itu bisa masuk ke dalam perencanaan desa. Sehingga, pada tahun berikutnya, program inovasi tersebut teranggarkan dalam APBDesa.
“Yang terpenting ke depan adalah melakukan pengawasan atau kontrol. Agar, inovasi desa tersebut tidak berhenti di tengah jalan,” kata Tomie menambahkan.
Siswanto, Kepala Desa Kasembon, pada acara tersebut tampak tertarik mereplikasi Bumdesa Pasar Desa Gedokwetan Turen sebagai pasar induk. Saat ini, pemerintah Desa Kasembon ingin mengubah pasar desa yang mangkrak menjadi pasar induk seperti di Desa Gedokwetan yang memiliki pemasukan Rp 234 juta setahun.
“Hasil konsultasi kami ke Desa Gedokwetan adalah bahwa kami harus menyelesaikan dulu soal status mangkraknya pasar di desa kami. Jika sudah terselesaikan (dengan musyawarah desa), maka pembangunan pasar induk bisa dibicarakan dan dilakukan,” kata Siswanto.
Dosen Perencanaan Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Wildan Syafitri mengatakan bahwa untuk menggenjot inovasi desa, salah satunya caranya adalah dengan melakukan peningkatan kualitas SDM desa. “Desa harus berani menganggarkan untuk meningkatkan kualitas SDM-masyarakatnya. Sebab, dengan SDM yang cakap, maka inovasi bisa dibuat. Kampus bisa digandeng untuk melakukan peningkatan SDM itu,” katanya.