Tol Kunciran-Bandara Ditargetkan Selesai Akhir 2019
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proyek pengerjaan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta mulai Senin (15/10/2018) difokuskan pada tenggat penyelesaian akhir tahun 2019. Untuk mengejar target tersebut, pengerjaan proyek tol sepanjang 14,2 kilometer akan diprioritaskan pada wilayah dengan lahan bebas terbanyak.
Pemimpin Proyek PT Jasamarga Kunciran-Cengkareng (JKC) Tatok Imbang Koesratnanto sebelumnya menargetkan seluruh pengerjaan selesai pada Maret 2019. Namun, rencana itu belum dapat diwujudkan karena pembebasan lahan yang tak kunjung beres bahkan sejak 2012 (Kompas, 12/7/2018) dan kini masih tersisa 603.400 meter persegi atau setara dengan 861 bidang bangunan.
PT JKC berusaha mengejar target tersebut dengan tenggat penyelesaian pada Desember 2019. ”Target itu merupakan penyelesaian paling lambat walau sebenarnya kami targetkan seluruhnya tuntas pada Juni 2019. Itu pun dengan catatan, pada Oktober 2018, seluruh lahan sudah terbebas dari sengketa,” kata Tatok di kantor PT JKC, Senin Sore.
Dari empat seksi wilayah, yaitu Simpang Susun Kunciran-Tirtayasa, Tirtayasa-Benteng Betawi, Benteng Betawi-Husein Sastranegara, serta Husein Sastranegara-Simpang Susun Benda, sebanyak 50,82 persen lahan sudah dibebaskan dan 20,60 persen lahan berstatus izin konstruksi dari pengembang. Lahan izin konstruksi artinya lahan yang masih dipinjami pengembang.
Lahan izin konstruksi yang dilalui Tol Kunciran-Bandara antara lain milik pengembang PT Modernland (Cipete dan Poris Plawad), PT Alam Sutera (Kunciran Jaya dan Pakojan), PT Alam Raya (Belendung), PT Banjar Wijaya (Cipete), juga PT Angkasa Pura II (Batujaya dan Jurumudi), Lembur Kuring (Benda), dan beberapa bidang tanah milik perseorangan.
Walau dapat dikerjakan, lahan yang didapat dari pengembang belum bisa dikerjakan seluruhnya karena sebagian wilayah masih ada yang bersinggungan dengan tanah milik warga.
”Sejumlah wilayah seperti di Seksi II dan III masih harus dibebaskan karena berkaitan dengan perusahaan lain. Selain tanah milik warga, beberapa wilayah juga bersinggungan dengan pangkalan mesin ekskavator dan mobil taksi di kawasan Jalan Benteng Betawi hingga Jalan Sultan Ageng Tirtayasa,” tutur Tatok.
Pantauan Kompas sepanjang Senin menunjukkan, pengerjaan telah dilakukan dengan menyambung Seksi I dan II. Di wilayah Seksi II, Kelurahan Pakojan, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, masih terdapat sejumlah rumah yang berdiri di tengah konstruksi tersebut.
Jefris Simamora (47), pemilik rumah itu, telah menerima uang ganti rugi sejak 13 September lalu dan diminta oleh pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera pindah dalam waktu 14 hari. Ia belum pindah walau seluruh barangnya sudah terkemas karena masih sulit mencari lahan untuk rumah pengganti. Pilihan mengontrak juga ia rasa terlalu mahal.
”Kami berharap diberikan wilayah sementara untuk mengontrak karena harga rumah semakin tinggi,” kata Jefris.
Selain itu, rumah Tania (50) yang berdiri tidak jauh dari rumah Jefris juga masih berdiri karena Tania belum mendapat kompensasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Tangerang.
Manajer Konstruksi PT Wijaya Karya (Wika) Ervianto mengatakan, wilayah pengerjaan Seksi II sangat penting untuk menyambung pembangunan jalan layang yang menyeberangi jalur Tol Kunciran 1 dan 2. Pihaknya saat ini juga masih menunggu penyelesaian lahan dari BPN Kota Tangerang.
Menanggapi hal tersebut, PT JKC yang juga bekerja sama dengan BPN Kota Tangerang melakukan proses pembebasan lahan dengan pendekatan imbauan.
”Seluruh tanah yang berkaitan dengan kepemilikan warga sudah melalui proses penghitungan aset tanah dan benda mereka. Bila kompensasi sudah diberikan, mereka diimbau untuk pindah dengan estimasi waktu yang dirasa pantas,” ujar Tatok.
Pembangunan yang dikerjakan PT Wika saat ini difokuskan pada pangkal wilayah Seksi I dan Seksi IV. Adapun Seksi IV memiliki wilayah seluas 147.197 meter persegi dan Seksi I seluas 54.068 meter persegi dengan jumlah lahan bebas terbanyak.
Meskipun di setiap seksi masih ada sejumlah lahan yang belum terbebas, Tatok mengatakan, pengerjaan dapat terus berlanjut dengan membangun sejumlah balok jembatan yang menjadi tiang untuk jalan layang. Selain itu, pemadatan tanah untuk sebagian jembatan dilakukan sedini mungkin guna mengantisipasi datangnya musim hujan.
”Lahan yang berstatus izin konstruksi sejak 30 September lalu sudah dipasangi balok jembatan. Jadi, ketika lahan itu dinyatakan bebas, kami bisa bereskan lebih cepat,” lanjut Tatok.
Proyek pengerjaan tol yang menghubungkan wilayah Kunciran, Batuceper, serta Bandara Soekarno-Hatta ini merupakan bagian dari proyek Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) 2. Jalur ini juga meliputi Kunciran-Serpong serta Serpong-Cinere yang masih dalam satu lingkup wilayah Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
Ketika pengerjaan selesai, jalur tol ini akan menjadi alternatif untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta dari arah Kunciran atau dari arah Serpong. (ADITYA DIVERANTA)