JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi harus dinamis dan progresif mengantisipasi arus perubahan zaman yang deras. Salah satu bentuk konkretnya adalah menyesuaikan arah pendidikan dan agenda penelitian.
”Dalam setiap lompatan kemajuan, perguruan tinggi selalu menempati peran sentral. Apalagi tatkala dunia dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Presiden Joko Widodo pada orasi ilmiah di Sidang Terbuka Senat Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam rangka Lustrum XIII UKI atau Dies Natalis Ke-65 di kompleks UKI, Jakarta, Senin (15/10/2018).
Saat ini, menurut Presiden, tengah terjadi Revolusi Industri 4.0 yang membawa perubahan dahsyat. McKinsey Global Institute menyebutkan, perubahan revolusi industri 4.0 mencapai sekitar 3.000 kali lebih cepat ketimbang Revolusi Industri pertama. ”Artinya, ke depan akan ada perubahan-perubahan yang sangat cepat,” kata Presiden.
Menjadi fungsi perguruan tinggi pula, Presiden melanjutkan, melihat perubahan-perubahan tersebut untuk kemudian menyesuaikan diri. Sebab, perubahan-perubahan itu pada gilirannya akan membawa implikasi besar terhadap lanskap kehidupan masyarakat sehari-hari, baik sosial-budaya, politik, maupun ekonomi.
Dengan demikian, Presiden menekankan, agenda penelitian dan arah pendidikan juga harus tanggap terhadap tantangan perubahan dan peluang-peluang baru yang ada. Beberapa universitas dunia sudah merespons perubahan tersebut dengan, misalnya, menciptakan fakultas baru yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja masa depan. ”Akan ada profesi-profesi baru yang dulu tidak ada,” kata Presiden.
Untuk perguruan tinggi dalam negeri, Presiden mengusulkan agar berani memunculkan fakultas dan program studi yang fokus pada produk-produk unggulan nasional. Dengan demikian, perguruan tinggi bisa memberikan nilai tambah maksimal untuk masyarakat. Salah satu contoh yang dilontarkan Presiden adalah dimunculkannya fakultas kopi, teh, coklat, atau kelapa sawit. Dalam hal keunggulan alam Indonesia, perguruan tinggi bisa menyelenggarakan fakultas pariwisata.
”Seharusnya keunggulan-keunggulan kita tersebut diprioritaskan untuk dipelajari, mulai dari hulu sampai dengan hilir,” kata Presiden.
Rektor UKI Dhaniswara K Harjono dalam sambutannya menyatakan, sepanjang usia 65 tahun UKI, baru kali ini ada Presiden Indonesia menginjakkan kaki ke kampus UKI. ”Berdasarkan catatan kami,
semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo, baru kali ini ada universitas swasta didatangi Presiden,” kata Harjono.
Saat ini, menurut Harjono, UKI memiliki delapan fakultas dan satu program pascasarjana. Fakultas terbaru adalah Fakultas Vokasi. Ini didirikan Agustus 2018 untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia yang terampil dan profesional sesuai kebutuhan pasar kerja.
”UKI juga memberikan perhatian khusus pada kegiatan kewirausahaan. Untuk itu, kami mendirikan unit kewirausahaan. Kami menjalin kerja sama intensif dengan Kadin, Hipmi, dan Hippi untuk mendorong semangat kewirausahaan dan membangun tumbuhnya bisnis start up di kalangan mahasiswa,” kata Harjono.