Kepala BIN Ancam Laporkan Aktivitas Liar di Gunung Botak ke Presiden
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kepala Badan Intelijen Daerah Maluku Brigadir Jenderal (TNI) Khairully mengancam akan melaporkan segala bentuk pelanggaran terkait langgengnya penambangan liar berikut pengolahan emas menggunakan merkuri dan sianida di Pulau Buru, Maluku, kepada atasannya untuk diteruskan kepada Presiden Joko Widodo. Penambangan liar yang berlangsung selama tujuh tahun itu mengancam keselamatan manusia.
Ancaman itu disampaikan Khairully secara terbuka dalam konferensi pers yang dihadiri Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa, dan Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayor Jenderal Suko Pranoto di Ambon, Senin (15/10/2018). Saat Khairully berbicara, tiga pejabat itu terlihat menunduk dan sesekali menganggukkan kepala.
Menurut Khairully, sejak dua bulan lalu bertugas di Maluku, dirinya sudah mengantongi sejumlah informasi tentang penambangan liar di Gunung Botak. Tambang liar itu mulai beroperasi pada Oktober 2011.
Puluhan kali ditutup, puluhan kali pula petambang masuk ke lokasi itu. Terungkap dalam konferensi pers itu bahwa ada dugaan keterlibatan oknum aparat keamanan dan pemerintah daerah yang ikut adil melanggengkan penambangan liar.
”Saya tidak punya beban dan saya independen, tidak tergantung siapa-siapa. Saya bisa koordinasi dengan kementerian terkait dari hasil laporan saya dan hasil laporan saya ini sampai ke Presiden (Joko Widodo),” katanya.
Ia memahami adanya keraguan di tengah publik mengenai rencana pemerintah daerah bersama TNI dan Polri untuk menutup tambang itu. Keraguan itu didasar atas fakta bahwa Gunung Botak selalu gagal ditutup total lantaran ada dugaan keterlibatan aparat, baik pemerintah daerah maupun keamanan.
”Saya tidak akan diam. Mohon maaf kalau ada sesuatu yang mungkin tidak berkenan dengan laporan saya atau merasa tersinggung. Saya diamanatkan untuk itu,” katanya dengan tegas. Khairully memberi pernyataan terakhir sebelum ditutup oleh Zeth.
Dalam kesempatan itu, baik Zeth, Royke, maupun Suko menyampaikan komitmen menutup aktivitas Gunung Botak. Menurut Royke, sebagian besar petambang sudah meninggalkan Gunung Botak. ”Nanti akan ada aparat yang bertugas di sana untuk menjaga lokasi itu agar tidak dimasuki lagi oleh petambang,” katanya.
Suko juga menyatakan akan mendukung penuh Polri dalam menutup lokasi tersebut. Suko mengungkapkan kekhawatirannya terkait pencemaran lingkungan. Ia juga meminta warga melaporkan dugaan keterlibatan oknum anggota TNI di Gunung Botak.