Semakin lama kasus hilangnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, tak segera terungkap, tekanan diplomatik pada Arab Saudi semakin besar. Kasus ini berdimensi politik internasional yang bisa mengubah pola-pola hubungan jangka pendek antarnegara di kawasan Timur Tengah.
Dalam wawancara yang disiarkan televisi CBS, Sabtu (13/10/2018), Presiden AS Donald Trump mengancam bakal menjatuhkan hukuman keras kepada Arab Saudi jika Khashoggi terbukti dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. ”Kita akan menemukan kebenaran dalam hal itu dan bakal ada hukuman keras,” kata Trump di program 60 Minutes CBS hasil wawancara pada Kamis (11/10).
”Hingga saat ini, mereka (Saudi) membantahnya dan mereka membantah dengan tegas. Apakah mungkin mereka pelakunya? Bisa saja,” lanjut Trump.
Khashoggi (59), wartawan veteran penulis kolom tetap harian AS, The Washington Post, menghilang setelah masuk ke Konsulat Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu, untuk mengurus surat terkait rencana pernikahannya dengan seorang perempuan Turki.
Otoritas Turki meyakini, Khashoggi dibunuh di konsulat itu. Harian pro-Pemerintah Turki, Sabah, Sabtu, melansir, investigasi Turki menemukan bukti rekaman dari jam tangan Apple yang dikenakan Khashoggi dan terkirim ke ponsel Iphone yang dititipkan kepada tunangannya saat ia masuk konsulat.
Dari rekaman itu, tulis Sabah, ada indikasi bahwa Khashoggi disiksa dan dibunuh di konsulat. Hal ini menguatkan penilaian awal sumber-sumber di kalangan pejabat Turki bahwa Khashoggi, yang vokal mengkritik Pemerintah Arab Saudi, sengaja dibunuh di dalam konsulat tersebut.
Riyadh membantah tegas tuduhan itu. Melalui kantor berita SPA, Jumat lalu, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Abdulaziz bin Saud bin Naif mengecam keras kebohongan dan tuduhan tanpa bukti terhadap Arab Saudi.
Untuk mengungkap kasus itu, mulai Kamis lalu, Turki dan Arab Saudi sepakat membentuk kelompok kerja bersama. Tim pokja bersama itu disebutkan merupakan inisiatif Riyadh. Kamis itu, tokoh senior Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Khaled al-Faisal, berkunjung ke Turki.
Konteks geopolitik
Sikap pemerintahan di sejumlah negara, seperti yang ditunjukkan para pejabatnya, dalam kasus Khashoggi tidak bisa dilepaskan dari konteks peta geopolitik dan kepentingan mereka. Turki, sebagai negara tempat kasus itu terjadi, secara resmi tak mau memperlihatkan sikap konfrontatif terhadap Riyadh.
Otoritas negara itu sementara ini lebih mengandalkan media-media setempat dengan pasokan informasi dari sumber-sumber intelijen untuk menggalang tekanan internasional pada Arab Saudi. Turki dan Arab Saudi saling berseberangan dalam beberapa isu kawasan, seperti isu Suriah dan blokade kepada Qatar.
Dalam kasus Khashoggi, paling tidak seperti diperlihatkan lewat pernyataan-pernyataannya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ”berada di satu kapal” untuk menekan Arab Saudi agar memberi penjelasan terkait kasus hilangnya Khashoggi. Ketika tekanan internasional kepada Riyadh makin kuat dalam kasus Khashoggi, Ankara—sesuai keputusan pengadilan—melepas pastor asal AS, Andrew Brunson, yang ditahan dua tahun.
Televisi NBC mengungkapkan, ada kesepakatan rahasia antara Turki dan AS bahwa pembebasan Brunson merupakan balasan atas rencana AS mengurangi ”tekanan ekonomi” yang mencakup beberapa sanksi yang melemahkan mata uang lira Turki. Trump menepis adanya kesepakatan itu.
”Turki berada di pusaran badai ekonomi dan mereka tidak memiliki banyak teman untuk dimintai bantuan. Hubungan Ankara-Washington selama ini lemah, hubungan Turki-Rusia rapuh, hubungan dengan Eropa rumit,” kata Gonul Tol, Direktur Program Turki pada Middle East Institute di Washington.
”Untuk menghindari masalah lebih lanjut, Turki berusaha keras untuk tidak menambah kaku hubungan dengan Arab Saudi.
Bagi negara-negara rival Arab Saudi lain, seperti Iran dan Qatar, kasus Khashoggi ini menjadi amunisi politik pada mereka untuk memojokkan Riyadh sekaligus bukti untuk menunjukkan betapa sembrono Pangeran Mohammed bin Salman, pemimpin de facto Arab Saudi, dalam berbagai kebijakan luar negerinya.
Namun, yang menarik dicermati adalah bagaimana kasus Khashoggi memengaruhi kedekatan AS dengan Arab Saudi. Pernyataan-pernyataan keras Trump terkait kasus Khashoggi diyakini hanya sebatas pemanis bibir. Terlalu besar harga yang harus dibayar Washington jika mereka terlalu menekan Riyadh.
Trump sudah jelas tak mau mengorbankan kontrak penjualan paket senjata senilai 110 miliar dollar AS dengan Arab Saudi. Ia juga tak mau membuat kerja sama dengan Riyadh dalam melawan Iran dan isu-isu lain, seperti Palestina, berantakan gara-gara kasus Khashoggi.