Tanpa Perantara, Petani Sayur Menjual Hasil Panen di Pinggir Jalan
Oleh
Dionisius Reynaldo Triwobowo
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Petani sayur dari Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menjual hasil panen langsung di pinggir-pinggir jalan Petobo, Palu Selatan, Kota Palu. Sebagian besar dari mereka adalah pengungsi yang rumahnya ambruk.
”Biasanya, kami jualnya ke tengkulak atau pedagang, tapi sekarang lebih baik jual langsung daripada stres tinggal di pengungsian,” kata Siti Maisaroh (48), Sabtu (13/10/2018).
Siti menjual beragam jenis sayur-mayur, seperti seledri, jagung muda, terung, tomat, cabai, dan beragam jenis sayuran.
Ia berjualan di depan SMPN 6 Palu di Petobo, Palu Selatan, Kota Palu. Hampir tiap pagi ia berjualan di situ.
Siti saat ini tinggal di pengungsian di Masjid Darus Sohaba, Kabupaten Sigi. Ia berasal dari Desa Oloboju, Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Selain Siti, ada juga Puji Waluya (20), warga Kabupaten Sigi. Ayahnya meninggal dalam bencana dahsyat di Kota Palu, Donggala, dan Kabupaten Sigi.
Ayah Puji adalah petani sayur. Ia melanjutkan pekerjaan ayahnya sekaligus membantu ibunya bekerja di ladang. Namun, kini ia harus menjual sendiri sayurannya.
”Bapak saya biasanya tanam bayam, cabai, dan bawang,” ujar Puji.
Ayahnya dulu biasa menjual sayuran ke Pasar Masomba di Kota Palu. Meski masih utuh, Puji tak lagi menjual sayur ke pasar tersebut karena pelanggan sayur ayahnya belum pernah datang ke rumahnya untuk membeli sayur.
”Saya, ibu, dan adik tinggal di pengungsian. Tetapi, kalau hanya diam di pengungsian, kami tidak bisa hidup. Makanya, mending berjualan di pinggir jalan,” tutur Puji.
Kabupaten Sigi merupakan daerah terdampak gempa dan likuefaksi yang sangat parah. Jalanan dari Palu ke Sigi pun bergelombang. Banyak rumah dan bangunan umum lainnya terdampak.
Kondisi aspal jalan seperti karpet dikebas, bergelombang dan rapuh. Bangunan dan rumah di kiri kanan jalan pun ambruk.
Pemerintah berencana merelokasi para korban terdampak bencana. Banyak bangunan di Sigi yang tak lagi dapat ditinggali.