JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah daerah mulai mengupayakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di semua aspek pendidikan. Tujuannya agar bisa memanfaatkan mahadata sebagai basis pemetaan dan pengambilan kebijakan serta alokasi anggaran.
"Memang kunci pertama adalah pembangunan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Hadadi dalam jumpa pers Penghargaan Kihajar di Jakarta, Junat (12/10/2018). Penghargaan ini diberikan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada pemerintah daerah maupun guru dan siswa yang mengembangkan inovasi menggunakan TIK untuk pembelajaran.
Pemerintah Provinsi Jabar dan Jawa Timur menerima anugerah kategori Utama, yaitu berhasil menerapkan TIK di seluruh wilayah administrasinya. Pada level kota, Bandung dan Surabaya memenangi kategori ini.
"Absensi guru, siswa, pelaporan keuangan, ujian sekolah, pekerjaan rumah untuk siswa, hingga pemberian materi pembelajaran sudah menggunakan situs internet, aplikasi, dan media sosial," tutur Hadadi. Oleh sebab itu, pemerintah provinsi yang bertanggung jawab mengelola SMA dan SMK memastikan semua sekolah memiliki jaringan internet.
Sementara itu, Kepala Unit Pelayanan Teknis TIK Pendidikan Jatim Sunarto menjelaskan, TIK tidak selalu mengandalkan jaringan internet. Pihaknya menekankan pada pembekalan dan pemberian otonomi kepada guru-guru untuk membuat materi ajar sendiri. Bentuknya bisa berupa siaran televisi edukasi, siaran radio, maupun video.
"Di Jatim masih ada daerah-daerah yang infrastrukturnya bermasalah karena letak geografisnya jauh seperti Sampang, Pamekasan, dan Probolinggo. Tidak adil untuk meminta mereka mengandalkan materi yang harus diunduh dari internet," papar Sunarto.
Tugas pemerintah daerah ialah mengumpulkan rekaman bahan ajar karya para guru dan mencetaknya dalam bentuk cakram padat. Cakram ini yang kemudian disebarkan ke sekolah-sekolah. Guru dan siswa bisa menonton video maupun modul pembelajaran tersebut dengan menggunakan komputer sekolah tanpa perlu mencemaskan keberadaan jaringan internet.
Mengubah pembelajaran
Penggunaan TIK selain memudahkan guru dan siswa mencari informasi serta merapikan proses pengelolaan pendidikan juga berguna untuk mengubah cara belajar dari latihan soal terus-menerus (drilling) menjadi analisa materi. Hal tersebut diungkapkan oleh Duta Rumah Belajar Maluku Utara Iriani.
Rumah Belajar berfungsi sebagai pusat sumber materi ajar dan alat bantu pembelajaran. Bentuknya antara lain adalah video, modul, animasi, dan grafik. Hal ini membuat siswa bisa memiliki pilihan cara belajar dan tidak monoton membaca teks.
"Dulu, tujuan belajar adalah demi menghadapi ujian nasional (UN). Cara belajar juga hanya dengan mengerjakan soal-soal yang diduga akan keluar di UN. Sekarang, dengan pemakaian TIK siswa belajar mencari informasi dari sumber yang akurat, membandingkan penjelasan dari sumber yang berbeda, dan berkolaborasi dengan siswa lain ketika mengerjakan tugas," tutur Iriani yang juga guru kimia di SMAN 2 Ternate.
Duta portal pembelajaran daring Jejaring Jelajah Kreativitas Bali Komang Budiadnya menjelaskan, guru dan siswa diminta membuat akun untuk mengakses portal tersebut. Dari sana dapat dipetakan materi yang paling banyak diminati oleh kedua belah pihak. Apabila terpantau ada guru yang jarang memanfaatkan portal tersebut, bisa dilakukan pendekatan dan pembimbingan pemakaian TIK untuk guru tersebut.
Keberadaan portal pendidikan juga mengubah pola belajar siswa. Yudit Mardianto (17), siswa kelas XII SMAN Model Terpadu Madani, Palu, Sulawesi Tengah mengatakan, guru kini membekali siswa dengan alamat situs-sirus yang mendidik. Dengan begitu, ketika siswa berselancar di internet mereka mengakses situs yang dapat dipertanggungjawabkan informasinya.