JAKARTA, KOMPAS Ikatan persahabatan dapat memunculkan kekuatan baru untuk melawan kemustahilan. Putri Aulia (24), Ni Made Ariani Putri (22), dan Endang Sari Sitorus (26) membuktikan hal itu dengan menguasai podium atletik Paralimpiade Asian Para Games 2018 nomor 100 meter klasifikasi T13 putri, Rabu (10/10/2018).
Di podium itu, Putri meraih emas dengan catatan waktu 12,49 detik, Ariani meraih perak (13,00 detik), dan Endang meraih perunggu (13,07 detik). Catatan waktu ketiga pelari dengan keterbatasan penglihatan itu bahkan melampaui rekor pelari Asian Para Games milik pelari China, Zhu Lin, 13,13 detik, yang diciptakan pada Incheon 2014.
Prestasi besar itu membuat Putri, Ariani, dan Endang tidak berhenti tersenyum sejak melewati garis finis. Mereka merayakan kemenangan itu dengan berlari sambil berangkulan, membuat penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu malam, itu bersorak sekencang-kencangnya.
Mereka bertiga sama-sama tidak menyangka karena target semula di nomor itu adalah perak. Namun, Putri mengungkapkan rahasia keberhasilan itu. ”Sebelum start saya bilang kepada Endang dan Ariani, ’kita harus bisa ke podium sama-sama,’” kata Putri, yang mendedikasikan emas itu untuk ayahnya, Sutikno, yang berulang tahun ke-48.
Ajakan Putri, peraih tiga emas ASEAN Para Games 2017 di Malaysia, menjadi janji bersama, tekad kolektif yang sulit diredam. Sejak garis start, mereka bertiga berlari kencang dan melupakan semua beban mental yang ada.
Endang mengatakan, semula mereka ragu bisa memenangi laga itu karena bersaing dengan pelari yang lebih berpengalaman, seperti Tomomi Sato dari Jepang. Tahun lalu, Sato menduduki peringkat ketujuh Kejuaraan Dunia Atletik Paralimpiade di London. Adapun bagi ketiga sprinter Indonesia ini, laga di nomor 100 meter itu merupakan debut mereka di level Asia.
”Saya sudah ragu karena ada pelari Jepang. Wah, saya gimana. Antara percaya dan tidak percaya, kami bertiga masuk finis bersama,” kata Endang, yang baru pindah kelas dari T12 ke T13. Ternyata, Tomomi finis di peringkat keempat dengan waktu 13,51 detik, selisih 0,44 detik di belakang Endang.
Di balik kemenangan itu, Putri, Endang, dan Ariani semakin meyakini, mereka bertumbuh saat berlatih bersama. Mereka saling menguatkan dan menanamkan kepercayaan diri. Kini mereka sama-sama bertekad untuk mengukir prestasi lebih tinggi pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Lampaui target
Sukses tiga atlet itu turut membantu kontingen tuan rumah melampaui target 18 medali emas yang ditetapkan. Hingga Rabu, Indonesia telah mengumpulkan 23 emas, 29 perak, dan 34 perunggu, serta berada di posisi keenam. Jumlah ini masih mungkin bertambah karena sejumlah cabang, termasuk cabang andalan bulu tangkis, belum memainkan partai final.
Satu set medali dari tiga atlet ini juga menjadikan atletik penyumbang medali terbanyak sementara kontingen Indonesia dengan 6 emas, 9 perak, dan 7 perunggu. Disusul dengan catur yang pada Rabu menyabet enam dari 12 emas yang diperebutkan.
Sukses para atlet menggembirakan Presiden Joko Widodo, yang menyempatkan diri menyaksikan laga angkat berat di Balai Sudirman. ”Saya berikan target 18 emas, masuk delapan besar. Menurut saya, medali emasnya akan lebih dari 18, yakin saya, bahkan lebih dari 20,” ujar Presiden.
Di arena, Presiden menyemangati atlet-atlet Indonesia. Tak hanya bertepuk tangan, Presiden juga memberi isyarat agar para atlet tetap semangat berjuang. Presiden mengatakan, ketika bisa melampaui target, prestasi bisa dibilang sangat baik. Namun, untuk meraih prestasi baik ini perlu lebih banyak berkompetisi di tingkat dunia. (DEN/KEL/INA)