"Hanya ini yang kami punya dan dapat kami berikan, karya," kata gitaris Dewa Budjana. Dengan semangat berbela rasa, 60-an gitaris dan penyair menggalang dana bagi korban bencana gempa di Sulawesi Tengah dan Lombok.
Bekerja sama dengan harian Kompas dan Bentara Budaya Jakarta, mereka menggelar konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri:Musik dan Syair Solidaritas”, Kamis (11/10/2018) pukul 19.00 di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Setelah gempa bumi mengguncang Lombok Juli lalu, berikutnya bencana menimpa masyarakat Kabupaten Donggala, Sigi, Parigi Moutong dan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018). Mereka kehilangan sanak saudara, tempat tinggal, dan bahkan makanan akibat gempa bumi dan tsunami.
Hingga Selasa (9/10/2018) Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sedikitnya 2.010 warga tewas, 2.549 warga mengalami luka berat, dan 8.130 warga mengalami luka ringan. Bencana juga menyebabkan 66.926 rumah rusak, sehingga 62.359 warga terpaksa mengungsi.
Tergerak dengan penderitaan warga Sulteng dan Lombok, sebanyak 60-an gitaris berkolaborasi dengan beberapa penyair menggalang dana sebagai bentuk kepedulian. Dengan bermodalkan karya dan semangat berbela rasa, mereka kompak bersatu mewujudkan konser ini.
Para gitaris yang akan tampil antara lain, Andra Ramadhan, Baron, Balawan, Dewa Budjana, Edwin Cokelat, Eet Sjahranie, Eross S07, Iga Massardi (Barasuara), Ian Antono, Tohpati, John Paul Ivan, Gugun (Gugun Blues Shelter), Jarwo (Naif), Jikun/rif, Bengbeng (Pas Band), Edo (Voodo), Ridho (Slank), Jubing Kristianto, Toto Tewel, Choki NTRL, Pay BIP, hingga Thomas Ramdhan. Penampilan mereka akan diperkuat beberapa penyanyi seperti Arman Maulana, Andy /rif, Taraz, Stephan Santoso, Ebiet G Ade, dan Oppie Andaresta. Adapun para penyair yang terlibat adalah Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono, Saras Dewi, Inaya Wahid, dan Maryam Supraba.
Gitaris-gitaris papan atas ini tampil dalam 13 segmen di luar penampilan para penyair. Segmen-segmen tersebut antara lain Six Strings, Session Guitarist, Millenial Formation, Rock III Formation, Blues Formation, serta penampilan khusus dari Ebiet G Ade.
Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri akan dibuka dengan penampilan Six Strings (Dewa Budjana, Tohpati, Baim, Eross Candra, dan Baron) bersama Balawan Formation membawakan lagu I Got Your Back yang kemudian disusul dengan penampilan puluhan gitaris, penyanyi, dan penyair. Tak tanggung-tanggung, konser ini didukung perangkat tata suara profesional dari Doni Hardono dengan DSS Sound Systemnya. Sebuah rangkaian konser megah yang jarang sekali terjadi!
Lelang gitar dan donasi puisi
Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri juga akan diisi dengan acara lelang gitar dan donasi puisi. Seluruh dana yang terkumpul dari hasil lelang akan diserahkan kepada Dana Kemanusiaan Kompas untuk didistribusikan ke para korban bencana alam.
Demi hadir pada acara ini, penyair Joko Pinurbo sampai bersikeras menunda keberangkatannya ke Malaysia. Ia bahkan menyiapkan puisi khusus sebagai bentuk solidaritas terhadap para korban bencana di Sulteng dan Lombok.
“Semoga acara ini bisa menginspirasi kita untuk lebih meningkatkan semangat berbagi, mengikis keserakahan, dan menghindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan,”kata Joko Pinurbo yang akrab disapa Jokpin.
Penyair senior Sapardi Djoko Damono juga akan hadir dan membacakan puisinya tentang gempa dan tsunami. Ia berharap puisi yang dibacakannya menjadi cambuk untuk kebangkitan bersama.
“Akan ada kejutan nanti saat donasi puisi,”kata Sapardi. Ia bersikeras tidak mau membuka apa yang menjadi kejutan itu.
Berdonasi lewat tempe
Sebelum konser, pada siang hari panitia menggelar latihan membuat tempe yang dipandu wartawati Kompas, Dwi As Setianingsih alias Bu Ningsih di halaman BBJ. Pelatihan yang melibatkan maksimal 50 peserta ini akan memberikan pengalaman menarik dalam membuat tempe.
Para peserta diminta untuk memberikan donasi minimal Rp 1 juta. Dana yang terkumpul akan disalurkan untuk korban bencana gempa di Sulteng dan Lombok.
“Selama ini kita lebih banyak mengenal tempe yang berbahan kedelai impor. Kali ini, kami akan mengajak membuat tempe berbahan baku kedelai lokal. Dalam konteks bencana Sulteng dan Lombok, pembuatan tempe berbahan kedelai lokal ini bermakna bahwa kita harus tetap berdaya. Berdaya dalam kedaulatan pangan. Berdaya dalam mengatasi bencana alam,” kata Bu Ningsih.
Konser ketiga
Aksi bela rasa ala gitaris dan kawan-kawan penyair ini merupakan yang ketiga kalinya digelar bekerjasama dengan Harian Kompas di BBJ. Sebelumnya, pada November 2010, para gitaris tampil di BBJ ketika mereka terketuk oleh derita korban erupsi Gunung Merapi.
Getaran perasaan untuk berbagai dengan sesama juga mendorong para gitaris menggelar pentas ”Dari Gitaris untuk Indonesia” bersama Harian Kompas dan BBJ pada Februari 2014. Ketika itu pada 15 Januari terjadi bencana banjir di Manado, Sulawesi Utara, juga di Wasior dan tsunami di Mentawai sebelumnya.
Bersama dana sumbangan pembaca Harian Kompas, hasil konser amal itu diwujudkan dalam bentuk dua gedung Sekolah Dasar Negeri 34 dan 125 di Manado. Oppie Andaresta, wakil dari Gitaris Indonesia ikut hadir dalam persemian sekolah tersebut.
"Saya terharu karena Kompas bersama Gitaris Indonesia merealisasikan bantuan bencana dengan membangun sekolah. Sewaktu banjir, banyak yang menjanjikan bantuan, tetapi hanya Kompas dan Gitaris Indonesia yang menepatinya. Padahal, saya hanya sekali bertemu,” ujar Opie.