NUSA DUA, KOMPAS--Lebih dari 34.000 orang dari 189 negara hadir dalam Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pertemuan itu membawa pesan kearifan lokal Indonesia, yakni gotong royong dan keberagaman atau Bhinneka Tunggal Ika.
Solidaritas bagi Indonesia juga digalang dalam pertemuan ini. Aksi solidaritas bagi korban gempa Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Sulawesi Tengah dilakukan mulai Senin (8/10/2018) oleh Pemerintah RI, Bank Indonesia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia melalui kopi. Satu cangkir kopi dari sejumlah daerah di Nusantara dihargai Rp 100.000.
”Setiap hari akan disediakan sekitar 1.500 cangkir kopi. Kegiatan akan dilakukan selama Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, 8-14 Oktober. Hasilnya akan disumbangkan ke masyarakat korban gempa,” kata Ketua Satuan Kerja Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Peter Jacobs di Nusa Dua.
Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde datang ke Desa Guntur Macan, Lombok, Senin pagi. Mereka menyerahkan bantuan bagi korban gempa Lombok dan Sulteng.
”Kita tidak pernah tahu Gunung Agung di Bali meletus, gempa di Lombok, dan gempa-tsunami di Sulawesi. Semua di luar rencana, tetapi kita tahu Indonesia bisa menangani dengan baik,” kata Lagarde.
Dalam pidatonya di kantor pusat IMF, Washington DC, Amerika Serikat, pekan lalu, Lagarde mengatakan, Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali adalah momen yang menantang bagi Indonesia.
Indonesia telah bertransformasi dalam beberapa dekade terakhir, membuka ekonomi yang dinamis, serta memanfaatkan kreativitas dan keragaman masyarakat yang luar biasa. Indonesia juga disebut sebagai negara yang sering menghadapi kesulitan akibat bencana alam.
”Kita dapat belajar banyak dari Indonesia dan rekan-rekannya di ASEAN, terutama membangun ketahanan, merangkul keterbukaan, dan menjangkau batas negara,” kata Lagarde.
Menurut dia, jika negara-negara bekerja sama, jauh lebih mungkin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya daripada melakukannya sendiri-sendiri. Semangat multilateral itu tertangkap dalam ungkapan indah bahasa Indonesia, yakni gotong royong atau bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam penutupan pidatonya, Lagarde juga memaparkan keanggotaan IMF yang beragam dari banyak negara. Hal itu secara indah terangkum dalam semboyan negara Indonesia Bhinneka Tunggal Ika atau Unity in Diversity.
”Ketika mengarungi laut bersama, kita lebih kuat, lebih lincah, lebih dapat mengendalikan kapal melalui lautan yang bergejolak dan menghindari karang yang berbahaya. Maka, sekarang, saat kita menyambut perjalanan ’Voyage to Indonesia’, mari kita bekerja bersama agar dapat mengarahkan perekonomian kita ke haluan yang tepat dan membawa semua orang, baik dengan kapal besar maupun kecil, ke pelabuhan yang baru dan lebih baik,” kata Lagarde.
Kali ini, pertemuan yang digelar sejak 1946 itu mengambil tema ”Voyage to Indonesia”. Melalui tema itu, pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali diharapkan dapat menghasilkan pemikiran dan kebijakan baru di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi dan keuangan global.
Pertemuan tahunan digelar di kantor pusat IMF, tetapi tiga tahun sekali dilaksanakan di luar Washington DC. Tahun ini pertemuan diadakan di Indonesia, sedangkan pada 2015 dilaksanakan di Peru.
Dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, biasanya ada dua agenda, yaitu agenda utama dan agenda tambahan. Agenda utama terdiri atas tiga pertemuan, yakni IMF-World Bank Group Plenary Session, International Monetary and Fiancial Committee (IMFC), dan World Bank Development Committee.
Selain tiga pertemuan itu, akan dilaksanakan juga pertemuan resmi antar-anggota negara G-7, G-20, G-24, BRICS, serta pertemuan bilateral dan multilateral.
Dalam pertemuan ini, Indonesia ingin memperkenalkan Indonesia yang baru. Indonesia saat ini telah bereformasi, meningkatkan daya tahan ekonominya dari gejolak domestik dan global, serta tumbuh inklusif.
Perry Warjiyo menyampaikan, Indonesia akan memperjuangkan empat tema prioritas di bidang keuangan dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Empat tema itu adalah kebijakan ekonomi global, pembiayaan infrastruktur, ekonomi digital, serta ekonomi dan keuangan syariah.
Nilai tambah
Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, sebagai tuan rumah, Indonesia mendapat nilai tambah dari sektor pariwisata. ”Semua hotel tempat tinggal peserta dibayar oleh peserta. Pemerintah hanya menanggung biaya tempat acara,” kata Luhut.
Luhut mengatakan, untuk kegiatan ini, dana yang dianggarkan dalam APBN 2017 dan 2018 sebesar Rp 855 miliar. Hingga kemarin, penggunaannya Rp 556 miliar.
Presiden Joko Widodo di Sumatera Utara mengatakan, sebagian besar anggaran dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur di Bali sebagai sarana penunjang pertemuan. ”Artinya, ini investasi karena setelah pertemuan akan kita gunakan terus, bukan sesuatu yang hilang,” kata Presiden.
Sri Mulyani menuturkan, negara-negara yang mengikuti pertemuan akan memiliki solusi dan kebijakan bersama untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, di tengah bencana alam yang melanda sejumlah negara, mitigasi finansial untuk bencana juga akan dibahas.