SEMARANG, KOMPAS — Dalam upaya menekan kemiskinan dan kesenjangan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan mengembangkan kawasan industri ke arah barat, timur, dan selatan. Dengan tersedianya lapangan kerja yang tersebar, pembangunan daerah bakal lebih merata.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jateng Prasetyo Ariwibowo, di Semarang, Selasa (9/10/2018), mengatakan, saat ini ada tujuh kawasan industri di Jateng. Namun, lokasinya masih terfokus di Kota Semarang dan sekitarnya.
Menurut Prasetyo, dalam upaya mengatasi kesenjangan, di skala provinsi, kabupaten, dan kota sudah didorong menciptakan zona-zona industri.
Pengembangan ke timur (Jepara dan Rembang), barat (Brebes), dan selatan (Purworejo, Kebumen, dan Cilacap). Menurut Prasetyo, yang sudah menyanggupi antara lain Rembang yang menyediakan lahan 500 hektar serta Kebumen dan Cilacap masing-masing 400 hektar.
Prasetyo menuturkan, selama ini, perkembangan lebih banyak di pantai utara (pantura) Jateng, salah satunya karena kesiapan infrastruktur. ”Di pantura memang sudah bagus, karena itu kini perlu didorong di selatan. Setelah ruangnya ada, akan saya tarik dengan ketersediaan potensi lokal yang ada,” ujarnya.
Kepala Bidang Perekonomian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jateng Endi Faiz Effendi menambahkan, kawasan industri baru memang perlu dibentuk, termasuk di daerah-daerah perbatasan, antara lain Brebes, Rembang, dan Cilacap.
Sementara itu, di tengah Jateng, konsep yang didorong adalah kawasan agropolitan, seperti di Kabupaten Semarang, Wonosobo, dan Banjarnegara. ”Diharapkan ada pertumbuhan yang terintegrasi antara satu dan lainnya sehingga akan mengurangi kesenjangan,” kata Endi.
Akademisi Universitas Diponegoro yang juga bagian dari Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Jateng, Akhmad Syakir, menyebutkan, sesuai yang disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, strategi yang diterapkan ialah pertumbuhan yang menyebar.
Hal tersebut berkaitan dengan persoalan yang selama ini ada, yakni ketimpangan, kemiskinan, dan pengangguran.
”Terkait ini, aktivitas-aktivitas industri, perdagangan, dan penanaman modal harus merata, dengan pertimbangan watak daerah masing-masing di wilayah Jateng. Perlu strategi yang inklusif,” ucap Syakir.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengemukakan, saat ini, daerah potensial untuk investasi ialah ke arah timur, salah satunya Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Selain telah didukung infrastruktur, harga tanah pun masih relatif belum mahal.
Namun, lanjutnya, salah satu hal yang selama ini menjadi hambatan ialah terkait harga tanah. ”Banyak calo. Kami sudah usulkan ke pemerintah agar menyiapkan,” ujar Frans.