Benarkah Telepon Genggam Memicu Terbunuhnya Siswa MTs?
Oleh
Amanda Putri Nugrahanti
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Spekulasi motif pembunuhan AA (14), siswa Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah, Sawangan, Depok, masih berkembang. Spekulasi paling kuat, peristiwa keji ini terjadi karena pelaku berinisial AR (19) menginginkan telepon genggam korban. Lantaran hal ini, pelaku menghabisi nyawa korban yang masih kerabatnya sendiri.
Amah (46), ibu kandung AA, menduga hal itu setelah mengetahui bahwa anaknya kehilangan telepon genggam yang baru dibelinya. AA yang duduk di kelas IX MTs Al Hidayah itu menabung untuk membeli telepon seluler Xiaomi 5a yang baru. Amah menduga karena ponsel itulah pelaku membunuh anaknya. Sebab, saat jenazah anaknya ditemukan, ponsel tidak ada.
”Kalau orang-orang bilang karena masalah cewek, saya rasa kok enggak
mungkin, ya. Memang di sekolah banyak teman yang perhatian sama dia, tapi anaknya enggak begitu merespons. Dia enggak pernah cerita apa pun soal itu,” ujar Amah, Senin (8/10/2018).
Hari ini, Selasa (9/10/2018), polisi akan membeberkan kasus ini setelah meringkus AR kemarin. Polisi meringkus AR sebagai tersangka pembunuhan AA di Cipete, Jakarta Selatan. Penangkapan tersangka dipastikan Kepala Polres Kota Depok Komisaris Besar Didik Sugiarto. ”Benar, pelaku sudah ditangkap di daerah Cipete (Jakarta Selatan),” ungkap Didik.
AA dan AR dalam keseharian saling mengenal. Mereka tinggal di kawasan
yang sama di Cinangka, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Sebelumnya, jasad Ali ditemukan di semak-semak di pinggir Kali Ciputat di Kampung Bulak Poncol, Kelurahan Cinangka, Sabtu (6/10/2018) siang.
Hasil otopsi Rumah Sakit Polri Kramatjati menyebutkan korban meninggal akibat pendarahan. Selain luka akibat benda tumpul di bagian kepala, ditemukan pula luka akibat benda tajam di lengan, leher, dada, perut, dan punggung.
Saat ditemukan, korban masih mengenakan celana seragam Pramuka dengan kaus di badan. Polisi tidak menemukan telepon genggam milik korban. Nomor telepon itu masih bisa dihubungi ketika Sumarno (48), ayah korban, berusaha menghubunginya. Namun, tidak ada yang menjawab panggilan tersebut.
Sumarno, ketika ditemui di rumahnya, mengaku tahu pembunuh anaknya. Ia dan istrinya sama sekali tidak menduga bahwa pelaku adalah kerabat sendiri.
”Bukan hanya kenal. Ini masih saudara sendiri. Kami tidak menyangka ia bisa tega seperti itu, padahal anak saya bukan anak nakal. Dia anak yang baik, pendiam, tidak pernah macam-macam,” kata Sumarno.
AA merupakan anak tunggal Sumarno dan Amah. Sumarno sehari-hari bekerja sebagai pengemudi ojek dan Amah bekerja di pabrik garmen. Saat kejadian, AA baru pulang dari sekolah sebelum keluar lagi dengan membawa ponselnya.
Polisi telah mengumpulkan sejumlah barang bukti dan memeriksa tujuh saksi terkait kasus ini. Menurut rencana, penyidik Polres Kota Depok membeberkan kasus ini, Selasa (9/10/2018). Orangtua korban menyerahkan kasus itu sepenuhnya kepada kepolisian. Mereka berharap ada keadilan bagi anaknya.
Senin siang, Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad berkunjung ke keluarga korban untuk memberi dukungan moral. Pada Minggu (23/7/2017), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan penghargaan kepada Pemkot Depok sebagai salah satu dari 126 kabupaten/kota yang menuju kota layak anak.
Sayangnya, kekerasan terhadap anak terus berulang. Pembunuhan AA
menambah daftar kasus kekerasan anak di Depok. Beberapa kasus yang menonjol di antaranya ketika tiga anak SD memerkosa KYA (6),