JAKARTA, KOMPAS — BJ Habibie dikenal sebagai tokoh nasional yang memiliki banyak gagasan inspiratif. Tidak hanya berkembang di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Habibie juga memiliki kehidupan spiritual serta jiwa nasionalis yang patut dicontoh oleh orang Indonesia.
Penulis buku A Makmur Makka mengumpulkan beberapa penggalan gagasan BJ Habibie dalam sebuah buku berjudul BJ Habibie, The Power of Ideas. Pada bedah buku yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (8/10/2018), Makka menceritakan idenya mengumpulkan gagasan BJ Habibie.
”Saya sudah pernah menulis buku tentang BJ Habibie dan terbit delapan tahun lalu,” ujar Makka.
Namun, buku tersebut tidak laku karena terkesan berat. Maka, ia pun menulis kembali tentang BJ Habibie dengan bahasa dan format yang lebih ringan serta sederhana sehingga buku tersebut dapat lebih populer untuk semua kalangan.
Makka kagum pada sosok BJ Habibie. Menurut dia, Habibie memiliki banyak gagasan yang inspiratif. Hal tersebut sangat penting untuk membentuk dimensi baru. Sayangnya, banyak orang melupakan gagasan Habibie. Maka, ia berharap bukunya dapat menjadi sarana untuk melawan lupa.
Habibie dikenal Makka sebagai sosok yang tidak hanya melemparkan gagasan, tetapi mampu melakukannya. ”Beliau mau turun tangan dan mempraktikkannya,” ujarnya.
Menurut Makka, banyak orang yang salah dalam memahami pemikiran Habibie. Orang mengira Habibie selalu mengedepankan teknologi, padahal teknologi hanya sebagai sarana.
Habibie lebih mengutamakan program jangka panjang. Ia selalu memulai segala sesuatu dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Habibie dikenal sebagai sosok yang gemar membuat program beasiswa. Dengan SDM yang mumpuni dan matang, Indonesia dapat mandiri untuk jangka waktu yang panjang.
Ketua 1 Ikatan Alumni Program Habibie (Iabie) Jarot S Suroso merupakan salah satu penerima beasiswa dari program yang dibangun Habibie. Ia mendapat beasiswa ke Perancis setelah bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang didirikan oleh Habibie.
Jarot mengenal Habibie sebagai sosok rendah hati yang tidak ingin terkenal. Ia lebih memilih mengajar setelah pensiun. Cita-cita Habibie tersebut memiliki tujuan mulia agar Indonesia memiliki SDM yang berkualitas.
Pada buku ini, dikutip pernyataan Habibie yang mengatakan, ”Saya punya cita-cita untuk membina generasi muda jauh lebih baik dari saya. Sebab kalau sama, kita tidak berprestasi. Sebaiknya kalau kemampuan yang kita bina itu melebihi prestasi kita sendiri itu jauh lebih baik. Saya merasa senang”.
Visioner
Anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010, Soekotjo Soeparto, memandang Habibie sebagai sosok visioner.
”Konsep Habibie berawal dari akhir dan berakhir di awal memiliki makna yang mendalam dan dapat berguna untuk jangka panjang,” ucap Soekotjo.
Ia mengatakan, Habibie selalu memiliki pandangan yang luas dibandingkan dengan orang pada umumnya. Habibie memandang Indonesia tidak hanya sebagai negara kepulauan, tetapi juga sebagai benua.
Sebagian besar wilayah benua merupakan air dan hal tersebut seperti yang ada di Indonesia. Untuk menyatukan wilayah Indonesia yang luas, Habibie menciptakan teknologi yang dapat menjadi sarana transportasi agar orang dapat berkunjung dari satu tempat ke tempat lain.
Hal serupa dituturkan Direktur Center for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro. Ia memandang Habibie sebagai sosok yang memiliki pemikiran luas.
Habibie mampu mengatasi krisis moneter di Indonesia meskipun kemampuannya sempat diragukan oleh para ekonom. ”Habibie merupakan sosok yang menguasai ekonomi secara makro dan mikro,” lanjutnya.
Menutur Umar, selain pengetahuan yang luas, Habibie juga memiliki kehidupan spiritual yang hebat. Ia tetap rendah hati dan terus menjalankan ibadah. ”Banyak ilmuwan yang tidak percaya Tuhan ketika memiliki pengetahuan yang luas, tetapi Habibie tetap rendah hati dan selalu berdoa setiap hari,” katanya.
Di dalam buku tersebut dituliskan penggalan kalimat Habibie tentang arti penting berdoa. ”Tiap hari saya shalat. Di situ saya menemukan ketenangan, membersihkan pikiran. Sedangkan gerakan shalat itu pun merupakan latihan. Kepalanya ke bawah. Pada waktu itu darah bersirkulasi ke kepala. Otak mendapat aliran darah. Sewaktu sujud itu, biasanya saya lama di bawah, sekitar satu menit. Setelah shalat, saya menjadi fresh”.