DEPOK, KOMPAS – Polisi masih menelusuri penyebab kematian AA (14) yang ditemukan tewas di tepi Kali Ciputat, Sawangan, Depok, Sabtu (5/10/2018) siang. AA diduga sebagai korban kekerasan menggunakan benda tajam, karena ditemukan luka sayat di leher dan tangannya.
Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Depok Komisaris Besar Didik Sugiarto di Depok, Minggu ( 7/10/2018), mengatakan, AA ditemukan tewas di tepi Kali Ciputat, Kampung Bulak Poncol RT 03 RW 09, Kelurahan Cinangka, Kecamatan Sawangan, Depok, pada Sabtu pukul 11.00. Seorang warga bernama Muhidin menemukannya tergeletak dalam balutan kaus dan celana panjang coklat serupa seragam praja muda karana (Pramuka).
Didik menambahkan, kematian AA tampak tidak wajar. Terdapat luka sayat di leher dan tangan pelajar kelas IX Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al Hidayah, Sawangan, Depok, itu. “Diduga terjadi kekerasan terhadap AA akibat senjata tajam,” ujar dia.
Oleh karena itu, Polisi segera mengolah tempat kejadian perkara (TKP) pasca penemuan mayat AA. Mayat tersebut pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto, Jakarta, untuk diautopsi. Kemudian, pihak keluarga membawanya untuk dimakamkan pada Minggu dini hari. Saat ini, penelusuran lebih lanjut dilakukan oleh Polresta Depok yang didampingi Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Pulang sekolah
Sumarno (48), ayah AA, mengatakan, anak tunggalnya itu baru saja pulang sekolah pada pukul 09.30. Hari itu, ia memang pulang lebih cepat dari hari lain, karena di sekolah hanya mengikuti ekstrakurikuler Pramuka.
Selepas sekolah, ia langsung pulang ke rumah, lalu mengganti baju Pramukanya dengan kaus. Sementara itu, celana seragam Pramuka masih dikenakan.
Menurut Sumarno, anak tunggalnya berencana untuk pergi bermain futsal pada pukul 13.00. Ia pun meminta uang Rp 10.000 untuk bekal bermain. “Saya belum memberikan uang itu, saya juga melarang dia untuk pergi sebelum waktu makan siang. Kami ingin makan siang bersama, menunggu Ibunda AA pulang bekerja dari pabrik,” kata dia.
Sumarno yang berprofesi sebagai pengojek pangkalan itu kemudian pergi ke bengkel sepeda motor. Ia tidak lupa berpesan kepada anaknya untuk tidak keluar rumah. Akan tetapi, sepulang dari bengkel, anaknya tidak ada. Saat itu pun, Sumarno sudah mendengar kabar penemuan mayat di tepi sungai yang hanya berjarak 500 meter dari rumahnya.
Namun, ia tidak menghiraukan kabar tersebut. Sumarno pergi menjemput sang istri dengan harapan anaknya akan kembali setelah ia dan istrinya tiba.
Sesampainya di pabrik, bapak satu anak dan orang-orang di sekitar sana kembali membicarakan ihwal penemuan mayat. Menurut mereka, kenakalan remaja hari ini amat memprihatinkan. Mereka tidak takut tawuran, bahkan menghilangkan nyawa teman sebaya.
Saat istri Sumarno keluar dari pabrik, pada pukul 11.49, ia langsung menelepon telepon seluler (ponsel) AA. Nomornya aktif, namun tidak ada jawaban. Pada pukul 12.00 dan 12.15, Sumarno pun mengulangi panggilannya, ponsel anaknya pun masih aktif, tetapi tidak ada yang menjawab.
Saat itu, Sumarno meminta bantuan adiknya untuk mencari AA di rumah teman-temannya. Namun tidak ditemukan. “Saat itu juga saya langsung ke TKP, ternyata mayat yang ditemukan itu adalah anak saya,” kata dia.
Pendiam
Sumarno tidak menduga anaknya meninggal secara tidak wajar di tepi Kali Ciputat. Ruas Jalan Pahlawan, Sawangan, yang dilewati aliran sungai itu memang sepi. Tepi kanan dan kirinya dipenuhi rumput dan pepohonan yang rimbun. Tumpukan sampah juga memenuhi tebing di sekitar ya.
Menurut Sumarno, AA seorang yang pendiam. Meski demikian, ia akrab dengan sesama remaja di lingkungan RT dan RW. “AA biasanya pergi keluar rumah untuk mengaji atau berlatih pencak silat di masjid belakang rumah,” ujarnya.
Ia tidak mengerti jika anaknya memiliki permasalahan di luar. Oleh karena itu, keluarga sepenuhnya menyerahkan kasus terhadap pihak kepolisian. Sumarno berharap, penyebab kematian dan pelaku kekerasan terhadap AA bisa segera terungkap.
“Kami hanya ingin tahu, apa motif (pelaku) terhadap anak saya, sehingga bisa melakukan hal sekejam itu,” kata Sumarno.