JAKARTA, KOMPAS- Respon cepat mesti diberikan seluruh pihak terkait era revolusi industri 4.0 yang sudah mulai tiba. Hal ini termasuk yang terkait dengan kondisi industri di kawasan Jabodetabek yang cenderung menjadi tujuan sebagian orang untuk mencari pekerjaan.
Pada sisi lain, saat ini terdapat kecenderungan pabrik-pabrik di kawasan tersebut, sebagian di antaranya mulai menggantikan peran manusia dengan mesin atau robot. Ini merupakan penanda sebelum industri benar-benar masuk ke era 4.0 dimana konsep cyber physical berupa integrasi kemampuan komputasi berteknologi kecerdasan buatan, jaringan virtual, dan proses fisik saling memengaruhi dan relatif menjadi kelaziman.
Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dr. Andy Ahmad Zaelany, Rabu (3/10/2018) mengatakan, kecenderungan tersebut sudah mulai terjadi pada sebagian pabrik otomotif di kawasan Jabodetabek. Andy yang banyak melakukan riset bidang ketenagakerjaan dan lingkungan itu mengatakan, misalnya saja terdapat kecenderungan untuk menggantikan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan tiga orang pekerja dengan hanya seorang pekerja saja.
Pekerjaan-pekerjaan yang ditinggalkan manusia, sebagian besar diambil alih robot. Sementara pekerja manusia yang tinggal, diotimalkan perannya dengan tugas-tugas berikut kompensasi yang ditambahkan.“Ini sudah berjalan beberapa tahun terakhir dengan kecenderungan terus naik,” ujar Andy. Ia menambahkan, kecenderungan serupa juga relatif terjadi pada sejumlah industri lain.
Tuntutan produktivitas yang semakin tinggi, imbuh Andy, relatif hanya bisa dijawab dengan mengimplementasikan teknologi baru. Jika tidak dilakukan, maka perusahaan tidak bisa bersaing dan lantas terancam gulung tikar.Andy menambahkan, sejalan dengan hal tersebut, dalam beberapa tahun terakhir ini juga terjadi kecenderungan menurunnya jumlah tenaga kerja formal. Akan tetapi, pemetaan beralihnya tenaga kerja tersebut ke sektor informal atau nonformal masih perlu dilakukan secara detail.
Ini penting agar tidak terjadi penumpukan tenaga kerja pada sektor informal atau nonformal tertentu. Pasalnya, persaingan di antara tenaga kerja dalam sektor tersebut akan menjadi semakin ketat.
Menurut Andy, untuk merespon hal tersebut, saat ini mesti segera dilakukan pemetaan terkait sektor ketenagakerjaan dan perindustrian hingga tingkat lokal. Tindakan ini dinilai penting, karena salah satu yang mesti segera dipacu adalah pengembangan corak ekonomi lokal untuk berkompetisi di tengah serbuan industri global.
“(Tentang) Kebutuhan kita ke depan seperti apa, dan dimana saja dikembangkan (industri bercorak ekonomi lokal),” ujar Andy.
Menurut Andy, saat ini ada sejumlah hal yang bisa dilakukan pihak-pihak terkait untuk segera mengejar dan menyesuaikan diri di tengah era revolusi industri 4.0 yang sudah tiba. Masing-masing adalah pengembangan masyarakat yang mengarah pada produktivitas, pengembangan kemampuan kewirausahaan, dan pengembangan kondisi sosial budaya yang memungkinkan orang-orang berani mengambil risiko.
Sebelumnya, Anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Budiman Sudjatmiko pada peluncuran gerakan Inovator 4.0 Indonesia di Jakarta 20 September lalu mengatakan pentingnya dihasilkan RUU Pengelolaan Pemerintahan Berbasis Kecerdasan Buatan. Salah satu fokusnya adalah memastikan adanya jaminan hak atas kehidupan layak menyusul pekerjaan-pekerjaan yang hilang sebagai akibat otomatisasi oleh teknologi dalam konteks revolusi industri 4.0.