Australia Kirim Bantuan Kedua untuk Korban Gempa Palu
Oleh
Harry Bhaskara dari Brisbane, Australia
·2 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Australia akan mengirim lebih dari 50 tenaga medis untuk membantu korban gempa Palu, Sulawesi Tengah, selama tiga minggu sebagai bagian dari paket bantuan kedua sebesar lima juta dollar Australia (Rp 54 miliar).
”Kami akan menjalin kerja sama yang sangat erat dengan Pemerintah Indonesia untuk memastikan bantuan yang kami berikan tepat sasaran,” ujar Menteri Luar Negeri Marise Payne kepada wartawan di Washington, Amerika Serikat, Selasa (2/10/2018) malam, seperti dikutip Canberra Times. Bantuan meliputi lebih banyak kebutuhan darurat, seperti tenda, air minum, kotak obat-obatan, dan generator pembangkit listrik.
Sebelumnya, Australia memberikan bantuan sebesar 500.000 dollar Australia melalui Red Cross Indonesia untuk keperluan darurat seperti tenda. Australia sedang mempertimbangkan bantuan lebih banyak lagi untuk bencana di Sulawesi Tengah tersebut.
”Saya tahu tanah yang hancur terurai menjadi tantangan berat karena tanah yang padat berubah menjadi pasir apung (quicksand),” kata Payne. ”Hal itu membuat pergerakan dan pemberian bantuan menjadi amat sulit.”
Payne sudah mengadakan kontak dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. Perdana Menteri Australia Scott Morrison terus-menerus berhubungan dengan Presiden Joko Widodo untuk membicarakan kemungkinan bantuan selanjutnya. ”Kami akan menanganinya kasus per kasus,” kata Payne.
Australia juga sudah menawarkan bantuan dari angkatan bersenjata (Australian Defence Force) kepada Indonesia.
Morrison mengatakan, Indonesia sedang menghadapi ”krisis yang sangat, sangat berat” dan bantuan Australia tidak bersifat jangka pendek. ”Bantuan yang akan kami berikan bukan hanya apa yang diperlukan hari ini, tetapi juga hari-hari ke depan,” ujarnya seperti dikutip Canberra Times.
Komunikasi
Warga Indonesia di Australia kesulitan menghubungi sanak keluarga di Palu. Indah Mashuri yang tinggal di Adelaide mengatakan merasa sedih dan bingung karena tak bisa menghubungi keluarga di Palu karena perangkat komunikasi tak berfungsi. ”Saya mencoba lagi tadi malam, tetapi tetap tidak bisa. Saya berharap mereka selamat dan saya selalu berdoa untuk mereka,” katanya seperti dikutip ABC, Rabu (3/10).
”Yang paling sulit adalah mengadakan komunikasi,” kata Max Imran, suami Indah. ”Setiap hari kami bertanya-tanya. Semoga mereka oke.”
Max dan Indah biasanya pulang setiap Januari. Namun, sekarang mereka tidak yakin akan bisa melakukannya.
Indah Mashuri yang tinggal di Adelaide mengatakan merasa sedih dan bingung karena tak bisa menghubungi keluarga di Palu.
Di Melbourne, Liza Hughes terus khawatir tentang keluarganya di Palu walaupun ia sedang menyiapkan perayaan ulang tahun ketujuh putranya. Kakaknya, Rahmat Satria, yang tinggal di Palu, sempat mengontak adik Liza hari Minggu pagi untuk mengatakan mereka selamat tetapi rumah hancur.
Sesudah itu komunikasi mereka terputus. ”Saya terus memikirkan mereka, saya tidak bisa tidur,” tutur Liza seperti dikutip ABC.
Liza juga mempunyai sanak keluarga di Donggala. Sama sekali tak ada kabar dari mereka.