Donggala Belum Tersentuh
Donggala yang terletak di mulut Teluk Palu termasuk daerah yang terparah diterjang gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Akan tetapi, hingga kini, wilayah itu hampir belum tersentuh.
DONGGALA, KOMPAS Kawasan pesisir Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, hingga sekitar 300 meter jauhnya dari garis pantai, hancur karena gempa dan terjangan tsunami. Namun, hingga kemarin, bantuan dan penanganan korban dari pemerintah hampir belum ada.
Ribuan keluarga meninggalkan rumah mereka di pesisir Donggala dan mengungsi di perbukitan karena mereka kehilangan tempat tinggal. Selain itu, mereka takut kembali ke rumah karena gempa susulan masih terus terjadi.
Di Kecamatan Labuan, Donggala, Selasa (2/10/2018), warga bertahan di tenda-tenda swadaya dengan makanan minim. Mereka juga tidak mempunyai obat-obatan. Belum tampak tenda dan dapur umum dari pemerintah. Warga merawat sendiri korban gempa yang terluka.
Hamdan H Lau (86), misalnya, dirawat di tenda pengungsi Posko 2 di SD Negeri 2 Labuan Lelea. Perempuan tersebut meringkuk kesakitan di tenda dengan memar di sekujur tubuh. Kerabatnya hanya mengolesi luka memarnya dengan minyak tawon.
Sukur Taslim (53), anggota Badan Permusyawaratan Desa Labuan Lelea, mengatakan, korban luka tidak dibawa ke rumah sakit karena pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) masih tutup sejak Jumat. Untuk membawa ke rumah sakit, jaraknya terlalu jauh dengan pasokan bahan bakar minyak (BBM) minim.
Sejauh ini, kata Sukur, belum ada bantuan dari pemerintah ke posko-posko atau kampung yang terlanda bencana. Mereka membutuhkan bantuan berupa tenaga medis, obat-obatan, makanan jadi, dan BBM. ”Kami baru dapat bantuan dari perusahaan swasta yang memang ada di desa kami,” katanya.
Pelabuhan barang Wani di Desa Wani II di pesisir Donggala hancur total. Kapal KM Sabuk Nusantara 39 dan sejumlah kapal lain terdampar di permukiman warga atau terlempar 70 meter dari garis pantai. Kantor-kantor pelabuhan hancur, demikian juga permukiman di sepanjang pesisir. Dermaga patah di tengah laut.
Pelabuhan tersebut biasanya untuk mengangkut kayu, kopra, gula, ikan, sayuran, dan pupuk dari dan menuju Kalimantan. Pelabuhan itu juga menjadi sumber hidup sebagian besar warga di Desa Wani II dan sekitarnya.
Hampir tidak adanya bantuan hingga hari keempat membuat warga frustrasi. Persediaan makanan semakin menipis, sementara warga yang kehilangan tempat tinggal juga tidak bisa memasak sendiri. Pasar, pertokoan, dan warung masih tutup.
Setiap ada helikopter ataupun pesawat yang melintas, warga kampung berteriak-teriak meminta tolong. ”Sudah empat hari kami begini, belum ada tindakan apa pun dari pemerintah,” kata salah satu warga Desa Wani II, Irwan Abdul Rasyid (48).
Irwan mengatakan, sekitar 100 warga Desa Wani terluka akibat gempa. Mereka dirawat seadanya karena keterbatasan gerakan akibat fasilitas kesehatan terdekat belum beroperasi dan minimnya BBM. Sekitar 30 jenazah ditemukan di reruntuhan. Diduga masih ada korban tertimbun yang belum ditemukan. ”Kami membutuhkan bantuan alat berat,” katanya.
Baru Selasa siang, Kepala Bidang Perhubungan Darat Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah Sumarno bersama stafnya datang mengoordinasikan bantuan dengan warga.
Bantuan direncanakan dibagikan pada Rabu siang. Bantuan tersebut akan dikawal aparat keamanan dan warga setempat supaya tepat sasaran. Sumarno mengakui bahwa bantuan sudah banyak yang masuk. Akan tetapi, ada kendala koordinasi yang lemah dan pemerintah daerah tidak siap.
Di Palu dan Sigi, banyak warga juga mengaku belum mendapat bantuan bahan makanan. Kritik terhadap kondisi ini membuat pengungsi memasang papan bertuliskan ”Kami Butuh Bantuan”, atau ”Pemerintah di Mana? Kami belum Mendapat Bantuan”, di tepi jalan dekat posko pengungsi.
Banyaknya warga yang meninggalkan Kota Palu juga disebabkan minimnya bantuan. Padahal, kondisi belum pulih dan hanya satu dua toko kecil yang buka.
”Saya sudah memberangkatkan istri, anak, ibu, dan saudara saya ke Makassar. Anak saya butuh makan dan susu, dan saya tidak tahu mau membeli di mana,” kata Rolis Muchlis, warga Palu Barat.
Di tengah kondisi ini, bantuan ke Palu terus berdatangan. Selasa pagi, misalnya, tiga truk bantuan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat tiba di Posko Sa- tuan Tugas Bencana Sulawesi Tengah. (IRE/REN/ENG)