JAKARTA, KOMPAS - Musim hujan di Jabodetabek tahun ini diperkirakan masih dalam batas normal. Meskipun demikian, antisipasi banjir mesti tetap ditegakkan karena ancaman banjir tetap ada.
“Meski diprediksi akan normal saja, normalnya hujan di Jabodetabek tetap ada potensi banjir juga,” ucap Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG, Adi Ripaldi, Senin (1/10/2018), di Jakarta.
Bagi warga yang bermukim di sempadan Sungai Ciliwung di Jakarta yang belum ditata, seperti di Kampung Rawa Sepat, Rawajati, dan Kampung Melayu, banjir menjadi “agenda rutin”.
Sebagian warga RT 12 RW 02 Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, misalnya, menerima genangan air yang masuk gang hingga setinggi 20 sentimeter setiap kali hujan karena gang belum ditinggikan.
Meski demikian, musim kemarau yang kering seperti sekarang juga perlu diperhatikan. Dampak yang terasa antara lain kekeringan yang terjadi di sejumlah tempat, serta turunnya debit sumber air baku untuk air PDAM.
Kondisi ini terjadi secara nasional. “Wilayah yang kekurangan air mesti bertahan agak lama,” ujar Adi.
Apalagi, sebagian daerah di Jabodetabek masuk musim hujan pada Desember. Wilayah itu antara lain Tangerang bagian tengah, Jakarta Pusat dan Barat, Jakarta Selatan bagian utara, serta Jakarta Timur bagian barat.
Salah satu faktor pemicunya, kata Adi, adalah El Nino dengan intensitas lemah-moderat yang diperkirakan muncul akhir tahun ini. El Nino adalah fenomena menghangatnya suhu muka laut Samudra Pasifik area khatulistiwa, yang memicu curah hujan minim.
Menurut Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, kekeringan selama musim kemarau saat ini belum dipengaruhi El Nino. Kondisi saat ini masih netral.
Musim hujan bagi Jabodetabek pun diprediksi Ardhasena masih cukup basah jika bersamaan dengan El Nino. “Jadi, walaupun nanti indikator El Nino naik, bertemu dengan sinyal hujan yang lebih kuat, dampak kekeringannya kemungkinan ternetralisasi,” tuturnya.
Antisipasi
Sejumlah langkah antisipasi dilakukan pemda. Di Jakarta Selatan, 32 lokasi rawan banjir dibuatkan saluran air.
Kepala Sudin Tata Air Jakarta Selatan Holi Susanto mengatakan, pembangunan saluran disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Di kawasan Kemang misalnya, saluran dibuat di pinggir jalan dengan membongkar trotoar dan badan jalan.
Tanggul yang jebol di Kelurahan Jatipadang, Jaksel, juga sudah diperbaiki tetapi tidak menutup kemungkinan kembali jebol jika curah hujan tinggi.
Di Kota Bekasi, Pemkot masih mengandalkan polder air. Normalisasi sungai di Kota Bekasi juga masih dilakukan pemerintah pusat. (NIA/DEA)