JAYAPURA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua menetapkan status keamanan Siaga Satu di Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, setelah bentrokan dua kelompok massa pada Selasa (2/10/2018). Dua anggota kepolisian dan lima warga mengalami luka-luka akibat insiden ini.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura pada Selasa sore. Ia menyebutkan, konflik antara massa pendukung Yance Tapyor dan massa di bawah pimpinan Andi Balyo terjadi pukul 10.20 WIT di jalan umum dekat Pasar Mabilabol.
Massa berjumlah sekitar 500 orang. Diduga konflik karena adanya pro dan kontra pelaksanaan Sidang Paripurna DPRD Pegunungan Bintang untuk menindaklanjuti putusan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Costan. Pihak Yance mendukung pelaksanaan sidang tersebut, sedangkan Andi dan massanya mendukung Costan.
Aparat Polres Pegunungan Bintang bersama Brimob Polda Papua diterjunkan untuk menghentikan aksi saling serang di antara kedua kelompok yang menggunakan panah, batu, dan parang itu. Pertikaian baru terhenti pukul 13.30 WIT.
Kedua anggota kepolisian yang menjadi korban adalah Kepala Satlantas Polres Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Amon Ruwayari yang terkena busur panah di paha bagian kanan dan Brigadir Dolfis Wambonggo yang terkena busur panah di mata bagian kanan.
Sementara itu, 10 bangunan rumah dan toko dibakar massa. Salah satu rumah merupakan milik Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang Piter Kalakmabin.
”Kedua anggota polisi dan lima warga yang menjadi korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Oksibil untuk mendapatkan perawatan medis,” kata Ahmad.
Ia menuturkan, total 100 personel aparat kepolisian bersama TNI masih bersiaga di Oksibil untuk mencegah konflik susulan di antara kedua kelompok hingga Selasa malam.
”Rencananya, kami akan mengirimkan dua peleton pasukan dari Polda Papua untuk membantu pengamanan di Oksibil,” lanjutnya.
Ahmad pun menambahkan, pihaknya belum mendapat informasi adanya dua warga yang meninggal dan juga ratusan warga yang terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat karena ketakutan.
”Kami akan terus memantau perkembangan terakhir dari konflik antara kelompok Yance dan pendukung Costan di Oksibil untuk mengambil upaya pengamanan,” ucapnya.
Masih mencekam
Anglipki Kaladana, salah seorang tokoh pemuda di Pegunungan Bintang, mengatakan, situasi di Oksibil masih mencekam. Warga tak berani meninggalkan rumahnya.
Ia berpendapat, konflik ini terjadi karena ada pihak yang tidak menyetujui adanya sidang paripurna untuk menindaklanjuti hasil mosi tidak percaya kepada Constan selaku bupati. Sebab, warga merasa tidak puas dengan kinerja Constan selama dua tahun terakhir. Puncaknya, ratusan warga membakar rumah Costan pada 12 April 2018.
”Seharusnya pelaksanaan sidang paripurna tak boleh dihalangi. Sebab, putusan pelaksanaan sidang paripurna yang menyatakan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Costan dianggap sah oleh Mahkamah Agung,” ujar Anglipki.
Mahkamah Agung memutuskan sidang pihak DPRD Pegunungan Bintang yang menyatakan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Costan telah berdasarkan hukum pada 19 September 2018. Costan dinilai tidak menggunakan haknya untuk membela diri di DPRD.