Universitas Andalas Berangkatkan Tim Medis ke Palu
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Untuk membantu penanganan korban gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Fakultas Kedokteran dan Pusat Tanggap Kebencanaan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, mengirim tim kesehatan, Senin (1/10/2018). Tim medis yang terdiri dari tujuh orang itu menurut rencana akan berada di Sulteng selama satu minggu.
Ketua Tim Medis Fakultas Kedokteran dan Pusat Tanggap Kebencanaan Universitas Andalas Muhammad Riendra mengatakan, tim medis yang diberangkatkan terdiri dari lima dokter dan dua perawat. Lima dokter itu masing-masing dokter bedah toraks kardiovaskular (bedah jantung dan dada), dokter bedah ortopedi, dokter anastesi, dan dua dokter program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Adapun dua perawat berasal dari Rumah Sakit Universitas Andalas.
Menurut Riendra, mereka mendapat informasi bahwa kondisi di Palu dan Mamuju sangat chaos. ”Jadi, mungkin perjalanan kami akan berliku. Meski demikian, akan kami hadapi dan harapannya bisa sampai dengan selamat di Palu,” kata Riendra.
Riendra menambahkan, mereka akan berangkat ke Makassar terlebih dahulu. Dari sana, mereka akan mencari alternatif transportasi menuju Palu. ”Kemungkinan kami cari alternatif lewat udara dengan menggunakan pesawat militer atau melalui Mamuju dengan perjalanan darat berkisar 5-6 jam,” kata Riendra.
Riendra sendiri belum bisa memastikan lokasi penempatan timnya. Setibanya di Palu, mereka terlebih dahulu akan melapor ke pusat krisis (crisis center). ”Nanti biar petugas dari Kementerian Kesehatan atau TNI yang mengarahkan apakah kami di rumah sakit tentara di sana atau rumah sakit lapangan yang ada,” kata Riendra.
Selain membawa obat-obatan yang berasal dari Rumah Sakit Universitas Andalas dan Dinas Kesehatan Sumbar, mereka juga membawa 60 kilogram paket rendang yang merupakan sumbangan dari dosen dan alumni.
”Obat-obatan tentu akan sangat bermanfaat bagi kami ketika di lapangan nanti. Mengingat jalannya yang akan berliku, sementara semua anggota yang ikut laki-laki. Kami belum berani membawa anggota perempuan melihat situasi di sana yang belum kondusif,” kata Riendra.