Tumbukan Tiga Lempeng Bentuk Huruf K Pulau Sulawesi
Oleh
Jean Rizal Layuck
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS - Kota Palu dan Donggala adalah titik pusat pertemuan tiga lempeng besar yakni lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia serta lempeng Pasifik. Pertemuan tiga lempeng tersebut bertitik pusat di Palu dan Donggala menjadikan dua wilayah itu sensitif terjadi gempa bumi besar seperti terjadi pada Jumat pekan lalu.
Kepala Pusat Penelitian Bencana dan Energi Universitas Negeri Manado, Armstrong Sompotan di Manado, Senin (1/10/2018) mengatakan proses tumbukan tiga lempeng itu juga yang membentuk pulau Sulawesi berhuruf K. Armstrong menyebut tipe gempa bumi Palu dan Donggala melalui pergerakan sesar Palu Koro sesungguhnya tipe sesar geser (strike slip fault), secara teori gempa tidak berisiko tsunami dengan pusat gempa berada di darat.
“Gempa bumi diikuti tsunami di Palu dan Donggala anomali jika mempelajari sesar Palu Koro bertipe sesar geser,” katanya.
Armstrong mengatakan biasanya tsunami terjadi akibat pusat gempa bumi di laut. Akan tetapi gempa bumi berpusat di darat juga dapat memicu tsunami jika sesar atau patahan memanjang hingga masuk ke laut. "Nah, sesar Palu Koro ternyata membentang sampai ke Teluk Palu terus ke Utara menyambung dengan Palung Sulawesi," kata Amstrong.
Sesar Palu Koro berbidang batas antara lengan Utara (Sulut dan Gorontalo) yang tipe gerak dari bawah ke atas bersinggungan dengan lengan Barat (Sulsel dan Sulbar) bergerak dari atas ke bawah.
Ia berasumsi persinggungan ini menjadikan mekanisme pergerakan sesar Palu Koro selalu ditandai gempa bumi diikuti tsunami dengan pola sesar naik (thrust fault) dan sesar turun (normal fault). “Seperti kita mengibaskan di bak mandi ke atas ke bawah maka akan memunculkan gelombang karena upaya kembali pada kondisi ekuilibrium mengikuti gravitasi,” katanya.
Gerakan naik turun jika besar dapat membangkitkan energi besar yang mendorong gelombang laut naik secara vertikal yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar dengan arah tergantung thrust fault dan normal fault.
Dikatakan tsunami di Palu dan Donggala terjadi akibat longsoran besar di bawah laut disebabkan getaran sesar yang memanjang sampai di bawah laut. Oleh karena itu, ujar Armstrong, gempa dari Sesar Palu Koro walaupun tipe geser dapat memunculkan tsunami.
Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung Terkelin Purba mengatakan belajar dari gempa bumi Palu dan Donggala sudah selayaknya pembangunan fasilitas umum seperti rumah sakit, hotel dan kantor tidak serampangan.
Menurutnya pembangunan fasilitas umum harus melalui kajian geologi tanah dan jauh dari laut. Kajian geologi memberi rekomendasi apakah bangunan fasilitas umum berada di jalur patahan atau tidak.
“Bangunan sekuat apapun kalau berada di jalur patahan pasti runtuh saat digoyang gempa seperti terlihat di Palu,” katanya.
Menurut Terkelin, saatnya setiap pembangunan fasilitas umum di Tanah Air mesti memperoleh rekomendasi geologi menyangkut struktur tanah dan wilayah patahan.