Hanya 6 Persen Padang Lamun Indonesia Berkondisi Sehat
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun padang lamun memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, kondisinya terus menurun. Ekosistem ini menunjang keberlangsungan sumber daya perikanan Indonesia sebagai habitat komoditas hasil laut bernilai ekonomi tinggi, seperti baronang dan rajungan.
Padang lamun di Indonesia juga menjadi sumber makanan dugong yang statusnya terancam punah. Selain itu, 1 hektar padang lamun juga mampu menyerap emisi karbon dioksida sebanyak 24 ton per tahun atau setara dengan 35 sepeda motor.
Namun, aktivitas manusia, seperti reklamasi pantai, perikanan yang tidak ramah lingkungan, serta pembuangan limbah, membuat penurunan kondisi padang lamun.
Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan, hanya 6,67 persen padang lamun yang kondisinya sehat dan 42 persen lain berada dalam kondisi kurang sehat.
Lamun adalah satu-satunya tumbuhan berbunga yang secara penuh beradaptasi pada lingkungan laut. Lamun tumbuh pada berbagai macam substrat, membentuk hamparan luas yang disebut padang lamun.
”Secara ekologis, keberadaan padang lamun menciptakan ruang bagi banyak organisme untuk berkembang dan berinteraksi, membentuk satu kesatuan ekosistem di laut dangkal,” ujar Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah.
Hasil verifikasi luasan padang lamun Indonesia yang dilakukan Tim Wali Data Lamun Indonesia menunjukkan, Indonesia setidaknya memiliki padang lamun seluas 292.000 hektar. ”Jumlah luasan tersebut adalah yang tertinggi di negara-negara Asia Tenggara,” ucap Dirhamsyah.
Ia menjelaskan, informasi luasan padang lamun dapat memberikan indikasi kondisi dan potensi lamun secara menyeluruh. ”Jika terjadi penurunan, ini menunjukkan adanya tekanan atau ancaman pada ekosistem tersebut. Sebaliknya, jika luasannya stabil atau naik, ini menunjukkan peluang padang lamun untuk lestari semakin tinggi,” tutur Dirhamsyah.
Meski mempunyai padang lamun terluas se-Asia Tenggara, sebagian besar kondisi padang lamun Indonesia ternyata masih dalam kondisi kurang sehat.
Meski mempunyai padang lamun terluas se-Asia Tenggara, sebagian besar kondisi padang lamun Indonesia ternyata masih dalam kondisi kurang sehat.
”Dari keseluruhan lokasi yang divalidasi, hanya 6,67 persen yang kondisinya sehat, misalnya di Maumere dan Sikka (Flores),” kata peneliti lamun Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Udhi Eko Hernawan.
Sementara di lokasi lain, lanjutnya, berada pada kondisi kurang sehat, bahkan miskin. ”Bahkan, padang lamun yang berada di kawasan konservasi, misalnya Wakatobi, juga kondisinya kurang sehat. Jika mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, padang lamun dengan tutupan 42 persen berada dalam kondisi kurang sehat,” tutur Udhi.
Ia menjelaskan, kondisi padang lamun sangat berkorelasi dengan biota laut yang memanfaatkan ekosistem ini, seperti penyu dan dugong.
”Hasil kajian LIPI menunjukkan padang lamun, terutama yang terdiri dari spesies Halodule dan Halophila, berperan penting sebagai sumber makanan dugong,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan, tanpa jenis lamun ini, populasi dugong di Indonesia akan semakin terancam menuju kepunahan.
Menurut Udhi, agar padang lamun tetap mampu memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan, upaya konservasi padang lamun harus mampu mencegah aktivitas yang mengancam kelestariannya.
”Kegiatan transplantasi lamun dapat dilakukan untuk memulihkan padang lamun yang telah hilang atau rusak dan menciptakan areal padang lamun yang baru,” katanya.