Ribuan warga Indonesia yang tinggal di Malaysia memadati Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (1/10/2018). Tujuan mereka hanya satu, yakni menjadi pemain ke-12 bagi tim nasional sepak bola U-16 Indonesia yang sore itu menjalani laga terpenting mereka melawan Australia.
Seperti dua sahabat, Sukma Jaya (30) dan Ahmad Mustakil (27), yang tiba setelah menempuh empat jam perjalanan dari Johor dengan menggunakan bus. Begitu sampai di depan pintu utama stadion, mereka tidak lantas masuk, tetapi mencari tempat untuk berfoto.
”Hari ini kami memang ambil cuti satu hari demi nonton timnas,” kata Ahmad yang sudah siap memakai kaus merah bergambar burung garuda dan ikat kepala merah-putih. Ahmad berasal dari Sragen, Jawa Tengah, sedangkan Sukma berasal dari Lampung. Mereka sudah lebih dari tiga tahun bekerja di sebuah peternakan ayam di Johor.
Ahmad mengatakan selalu mengambil cuti jika Indonesia bermain di Malaysia. Bagi dia, datang langsung ke stadion untuk mendukung timnas, baik yunior maupun senior, adalah sebuah kewajiban. Ia berharap para pemain tidak lagi merasa sendirian dan dapat bermain maksimal.
Apalagi laga perempat final Piala Asia U-16 kontra Australia ini merupakan pintu bagi Indonesia untuk masuk ke Piala Dunia U-17 Peru 2019. Tiket ke kompetisi level atas itu bisa diperoleh empat tim yang berhasil menembus ke babak semifinal Piala Asia.
Hal yang sama dilakukan Anto Winardi (40), karyawan di sebuah pabrik roti di Shah Alam, Selangor, yang datang bersama rekan-rekannya. ”Setiap Indonesia bertanding, kami pasti datang dan pasti sudah menyiapkan pengajuan cuti kepada atasan. Tidak ada masalah,” tutur pria asal Magelang, Jawa Tengah, itu.
Duta budaya
Datang ke stadion, warga Indonesia yang tinggal di Malaysia tidak sekadar menjadi suporter. Mereka juga sadar sedang mengemban tugas untuk menjadi wajah Indonesia. Oleh karena itu, mulai dari penampilan dan sikap di tribune penonton sudah mereka perhitungkan.
Arif Guntoro (35), misalnya, datang dengan memakai topeng buto atau tokoh raksasa dalam wayang. ”Biar Indonesia banget,” ujar pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang sudah 21 tahun tinggal di Malaysia itu.
Untuk mendapatkan topeng itu bukanlah hal sulit bagi Arif yang selama di Malaysia bergabung dengan Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) yang merupakan komunitas perantau asal Banyuwangi. Di komunitas itu mereka juga sering mementaskan tari tradisional.
Di tribune penonton, Arif juga bertugas sebagai dirigen bagi suporter lainnya. Ia berdiri di depan dan memberi aba-aba mengenai lagu-lagu yang akan dinyanyikan. Praktis sepanjang laga itu, para suporter selalu berisik.
Mereka juga tetap bernyanyi ketika laga telah usai dan Indonesia menelan kekalahan 2-3 dari Australia. Semangat dari para suporter itu cukup membantu meringankan kesedihan para pemain. Sebelum masuk ke kamar ganti, para pemain berjalan ke arah suporter dan memberi tepukan tanda terima kasih.
Aturan sendiri
”Kami juga punya aturan di tribune, seperti jangan naik ke atas kursi atau memanjat pagar pembatas. Kami berusaha memberikan kesan baik kepada tuan rumah,” kata Arif. Aturan itu bisa berjalan baik karena mereka memiliki semacam aliansi suporter dan ada koordinatornya.
Oleh karena itu, Arif sangat menyesalkan kekerasan antarsuporter yang terjadi di Bandung, Jawa Barat, belum lama ini. Suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla, tewas setelah dikeroyok. Akibatnya, kompetisi Go-Jek Liga 1 dihentikan sementara.
”Ini olahraga, ini bola, jangan sampai seperti itu,” ujar Arif.
Lagi pula, peristiwa itu juga bakal merugikan para pemain yang tidak bisa berlaga selama kompetisi dihentikan.
Saat laga tengah berlangsung, terjadi keributan kecil di tribune penonton. Entah apa yang terjadi, para suporter lainnya mengecam oknum yang membuat keributan itu. ”Kampungan! Kampungan!” teriak suporter yang kesal karena masih ada yang berulah.
Di tribune, suporter Indonesia telah menunjukkan kedewasaan mereka. Namun, masih ada yang kurang. Di luar stadion, tersisa banyak sampah seperti plastik bekas makanan dan puntung rokok. Tinggal para pekerja stadion yang sibuk membersihkannya.
Sikap mereka masih sangat jauh jika dibandingkan suporter Jepang. Saat Piala Dunia Rusia 2018 ataupun ajang Asian Games 2018 di Jakarta, suporter Jepang berinisiatif membawa kantong plastik dan memunguti sampah.
Bagaimanapun, Piala Asia U-16 2018 telah berakhir bagi Indonesia. Suporter pun kembali ke rumah masing-masing dan esok hari kembali bekerja. Namun, mereka pasti akan datang kembali apabila timnas punya kesempatan pada laga lainnya di Malaysia.