JAKARTA, KOMPAS - Peningkatan tenaga kerja berpendidikan tinggi di daerah didorong lewat akademi komunitas. Namun, pendirian akademi komunitas yang menawarkan pendidikan vokasi jenjang diploma satu dan dua ini tidak diminati akibat minimnya dukungan pemerintah daerah dan industri.
Direktur Pengembangan Kelembagaan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ridwan, di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, lulusan vokasi sebenarnya bisa ditingkatkan lewat Akademi Komunitas. Pendidikan tinggi vokasi di Akademi Komunitas difokuskan untuk memenuhi tenaga kerja di daerah dengan jenjang diploma satu dan dua.
"Di politeknik untuk jenjang sarjana terapan, magister, hingga doktor terapan," kata Ridwan.
Pengembangan Akademi Komunitas di jenjang diploma satu dan diploma dua, ujar Ridwan, sebenarnya dapat mendorong industri potensial di daerah. Ada kerja sama pemda, industri, dan Akademi Komunitas.
Namun, Akademi Komunitas yang tadinya ada di 90 kabupaten/kota kini tinggal 49 yang masih jalan. Padahal, Akademi Komunitas diharapkan menyediakan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan potensi industri di daerah.
Menurut Ridawan, keberadaan Akademi Komunitas sebenarnya diharapkan ada di setiap kabupaten/kota, terutama yang mempunyai industri potensial. Namun, ada Undang-Undang Otonomi Daerah yang baru, yang membuat pemda tidak bisa lagi mengucurkan dana dari APBD untuk pendidikan tinggi.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikqn Tinggi Mohammad Nasir dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengatakan, pendidikan tenaga kerja saat ini sekitar 88 persen lulusan SMA/SMK ke bawah. Akibatnya, daya saing tenaga kerja Indonesia tidak kompetitif mendukung perkembangan dunia usaha dan industri.
Nasir yang juga Ketua Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (NU) di Jember meluncurkan Gerakan Nasional Akademi Komunitas Berbasis Pesantren. Ada potensi lebih dari empat juta santri di pondok pesantren. Banyak pondok pesantren yang juga menyelenggarakan SMK. Lulusannya berpotensi ditingkatkan pendidikannya lewat Akademi Komunitas yang menggelar pendidikan vokasi diploma satu dan diploma dua.
Pembina Yayasan Penabulu Samudra Wiyata, Setyo Dwi Herwanto, yang menerima ijin pendirian Akademi Komunitas Penabulu Samudra Wiyata di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur mengatakan, pendirian Akademi Komunitas membantu masyarakat di daerah untuk meningkatkan daya saing sesuai potensi di daerah. Sejumlah kalangan pondok pesantren di Pulau Bawean terdorong meningkatkan kompetensi masyarakat dalam memanfaatkan laut.
"Akademi Komunitas di bidang kelautan sesuai potensi daerah. Bisa untuk tenaga kerja di bidang penangkapan ikan hingga ekowisata laut. Ada industrinya juga yang sudah bersedia bekerja sama, baik menerima lulusan sebagai tenaga kerja maupun membeli produksi dari mahasiswa Akademi Komunitas nanti," ujar Setyo.
Menurut Setyo, pendirian Akademi Komunitas terkendala tenaga pengajar. Sebab, tenaga pengajar tetap disyaratkan minimal berpendidikan magister. "Padahal, untuk vokasi yang penting ada tenaga profesional berpengalaman industri, namun secara pendidikan belum magister. Masalah pendidikan tenaga pengajar ini semestinya jangan kaku," ujar Setyo.
Terkait politeknik, Ridwan mengatakan, pendidikan vokasi di politeknik direvitalisasi. Proyek percontohan dilakukan di 12 politeknik negeri di berbagai daerah dan keahlian.
Revitalisasi meliputi pembelajaran, meningkatkan kompetensi dosen, teaching factory, menghadirkan dosen dari industri, hingga menyediakan tempat magang. "Dengan perbaikan mutu pembelajaran yang didukung fasilitas praktik yang baik, mahasiswa politeknik bisa mendapatkan sertifikat kompetensi yang dilalui industri sehingga memenuhi standar industri," ujar Ridwan.
"Kami dorong program studi di politeknik tidak statis. Teknologi digital sudah mulai diterapkan. Program studi baru lahir, semisal bisnis digital," ujar Ridwan.