Kirab Obor Asian Para Games Jadi Ruang Interaksi Warga
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kirab obor Asian Para Games 2018 menjadi ruang interaksi antarwarga. Bagi penyandang disabilitas, kirab obor ini memacu mereka untuk terus bersemangat menjalani hidup. Sementara bagi warga non-disabilitas, ini adalah kesempatan untuk berkenalan dengan penyandang disabilitas.
Pada Minggu (30/9/2018), pukul 10.00, ratusan orang berkerumun di pentas kirab obor Asian Para Games 2018 yang berada di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Mereka antusias menunggu kedatangan obor yang dikirab dari Balai Kota DKI Jakarta. Pentas dihiasi logo Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu sponsor Asian Para Games 2018.
Ilham Saputra (25), salah satu penyandang disabilitas, sudah sejak pukul 06.00 berada di acara ini. Dia berkendara dari rumahnya, Tangerang Selatan, menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga. Ilham memiliki kaki dengan tinggi 30 sentimeter. Menurut dia, kondisi seperti itu sudah dialami sejak lahir.
”Kirab obor ini membuat saya lebih bersemangat karena sebentar lagi kita akan menyaksikan teman-teman disabilitas berlaga di Asian Para Games 2018. Ini membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa berprestasi,” kata karyawan outsourcing (alih daya) BRI ini.
Ilham mengatakan, dirinya bersama 40 karyawan BRI disabilitas lainnya mengikuti kirab obor yang dimulai dari Balai Kota DKI Jakarta dan berakhir di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga. Menurut dia, kirab obor turut memberikan kepercayaan diri bagi penyandang disabilitas. Ilham tidak canggung bergaul dengan orang non-disabilitas. Sesekali, mereka berswafoto di depan panggung.
”Tidak semua penyandang disabilitas memiliki kepercayaan diri untuk bergaul dengan orang ’normal’. Acara ini memungkinkan kami berinteraksi dengan teman-teman lain yang bukan penyandang disabilitas,” kata Ilham.
Aldi (9), penyandang cerebral palsy (kecacatan yang timbul akibat kurangnya pasokan oksigen ke otak), mengikuti kirab obor dari Balai Kota DKI Jakarta ke Bundaran HI. Aldi duduk di kursi roda dan didorong oleh ibu angkatnya, Nurdianah (53). Aldi terlihat gerah. Kepalanya ditutupi handuk berwarna biru.
Nurdianah berpendapat, acara kirab obor memberikan ruang bagi Aldi untuk bersosialisasi. Sepanjang jalan, kata Nurdianah, Aldi senang dan berteriak karena kegirangan.
”Mungkin tidak akan sepenuhnya menyembuhkan. Paling tidak, dia bisa merasakan euforia kegiatan ini,” katanya.
Aris Setiawan (28), karyawan swasta yang bekerja di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, mengaku belum mempunyai teman penyandang disabilitas. Oleh karena itu, dia sengaja datang ke Bundaran HI untuk menyaksikan kirab obor. ”Saya seharusnya pagi ini masuk kerja, tetapi saya minta ganti agar bisa masuk sif siang,” kata Aris.
Aris datang ke Bundaran HI untuk mendukung atlet Indonesia yang akan berlaga di Asian Para Games 2018, Oktober mendatang. Dia berdiri di depan panggung sembari menyaksikan rombongan kirab obor yang mulai berjalan ke arah panggung.
”Kalau memungkinkan, saya nanti akan berkenalan sama atlet-atlet yang ikut rombongan kirab obor,” katanya.
Sekitar pukul 11.00, rombongan kirab obor memasuki Bundaran HI. Api obor dibawa oleh Direktur Utama BRI Suprajarto. Dalam rombongan, turut hadir Ketua Penyelenggara Asian Para Games (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari. Rombongan kirab obor disambut oleh alunan gendang dari Sanggar Lestari Budaya ”Bucho Bagya Parera” yang berada di depan panggung.
Sebelum di Jakarta, api obor Asian Para Games 2018 telah melalui tujuh kota di Indonesia, yakni Solo, Ternate, Makassar, Denpasar, Pontianak, Medan, dan Pangkal Pinang. Ketua Inapgoc Raja Sapta Oktohari mengatakan, mereka yang terlibat langsung ataupun yang sekadar menyaksikan kirab obor Asian Para Games 2018 adalah saksi sejarah. Dia berharap, atlet disabilitas Indonesia bisa mengharumkan nama bangsa pada pergelaran Asian Para Games 2018, Oktober.
”Jika Tuhan mengizinkan, bendera Indonesia lebih sering berkibar dan lagu ’Indonesia Raya’ akan lebih sering berkumandang,” kata Okto. (Insan Alfajri)